Mengenali Budaya Sendiri
Ora Ilok :
Oleh Riyadi
Barangkali anda pernah mendengar sebuah nasihat atau
larangan dari orang tua yang berbunyi ; Bocah aja diuluk-ulukna. Larangan
itu akan diucapkan orang tua kita ketika mereka melihat anak-anak kecil
diangkat tinggi-tinggi hingga melewati
kepala orang yang mengangkatnya.
Menguluk-ulukkan bocah, yang artinya menjunjung anak kecil hingga melalmpaui
kepala orang yang menjunjungnya menjadi hal
pamali dilakukan oleh masyarakat Banyumas. Mereka memberi rambu-rambu terhadap perbuatan itu dengan ungkapan ora ilok yang meberi simyal tidak boleh dilakukan.
Memang sangat mengherankan kenapa hal itu menjadi larangan. Lebih mengherankan
lagi ketika ditanya alasannya dan mereka tak bisa menjelaskannya. Tetapi
bukan untuk diperdebatkan bila mereka
melarang tanpa bisa menjelaskan alasannya, melainkan lebih bijak untuk
mengkajinya lebih lanjut.
Sebenarnya
ada satu kata saja yang menjadi kunci , tetapi
dengan satu kata itu dapat menjalin
kata-kata lain hingga dapat memperjelas makna kata secara keseluruhan. Kata
yang dimaksud adalah ngulukna, bentuk
tanduk dari diulukna dari kata dasar
(lingga ) uluk yang bermakna menjunjung sesuatu melampaui kepala.
Sebagaimana
makna leksikal secara keseluruhan dari ungkapan ; Bocah aja diuluk- ulukna, ora ilok,
adalah larangan agar kita tidak
menjunjung anak kecil hingga melampaui kepala. Secara logika larangan ini
memang cukup beralasan karena dapat
membahayakan keselamatan anak. Mereka khawatir si anak akan jatuh jika
si orang tua kurang berhati-hati. Dan akibat
yang jelas dan nyata adalah
perasaan takut yang dialami pada anak-anak itu sendiri..
Berbeda
lagi maknanya jika ditelaah secara
simbolisme. Kata diuluk-ulukna menjadi bermakna lain
dari pada makna di atas. Kata diuluk-ulukna menyimbolkan makna
menyanjung berlebihan, menyayang
berlebihan, memanja berlebihan, dan
sejenisnya. Sikap menyanjung, memanja, dan
kasih sayang berlebihan terhadap anak akan berefek kurang baik. Salah satu efek
yang kurang baik itu antara lain anak tidak mau menghormati orang lain, orang
tua, atau orang yang lebih tua. Sikap berani melawan orang tua, menentang
nasehat orang yang lebih tua, merupakan
contoh-contoh efek yang ditimbulkan
dari diuluk-ulukna
itu.
Satu
hal yang paling mendasar dari makna diuluk-ulukna
adalah melampaui kepala orang lain.
Kepala yang merupakan simbol kehormatan orang ( terutama kepala orang tua
) menjadi simbol kehormatan yang paling hakiki yang paling harus
dihormati. Maka jika ada sesuatu benda (
misalkan tangan ) orang lain yang akan melampaui kepala orang tua tentulah itu
menjadi pamali. Dalam keadaan yang sangat
terpaksa orang Banyumas akan memohon
dengan seribu hormatnya dengan ungkapan numun
sewu ( maaf ) secara tulus.
Maka jika anak-anak dijunjung
tinggi-tinggi ( diuluk-ulukna) ini
berarti si anak telah naik melampaui kepala orang dewasa. Bukan saja bagian
tangan yang telah melampaui ketinggian kepala melainkan badan serta anggota
tubuh yang lain pun ikut serta melampaui kepala. Termasuk juga kaki. Inilah yang dikhawatirkan orang tua bahwa
anak-anak akan bersikap berani melampaui hehormatan orang tua dalam arti
seluas-luasnya.
Kekhawatiran
itu tidak hanya sampai di situ saja sebab makna itupun masih terlalu sempit.
Makna yang lebih luas sebenarnya sudah
dapat terlihat melalui telaah di atas.
Melalui ungkapan itu anak-anak diharapkan tidak memiliki sikap yang melampaui
kehormatan orang lain. Bukan hanya orang tua saja melainkan kehormatan
siapapun. Maka sejak dini mereka dididik
untuk selalu menghormati kehormatan siapapun.. Melalui ungkapan; ora ilok ;Bocah aja diuluk-ulukna ,
sesungguhnya mereka tengah menanamkan sikap luhur kepada anak-anak mereka
tentang pentingnya menghargai orang lain. Kehormatan bermacam-macam bentuknya. Kehormatan
manusia bisa berupa nama baik ,jabatan, status sosial, dan
lain-lain. Itulah yang harus dihormati.
Maka
jelaslah sekarang, inti dari ajaran yang
terdapat dalam ungkapan ora ilok ;Bocah aja diuluk-ulukna adalah ajaran
yang maha luhur dan sangat bijak dari orang tua kita kepada anak-anak agar
senantiasa menghormati kehormatan orang lain.
Falsafah
hidup orang Banyumas yang senantiasa ndhasar,
andhap asor, bersahaja, tampaknya termuat
dalam ungkapan ora ilok tadi dan ditanamkan kepada
anak-anak semenjak bayi. Hanya sayangnya ajaran itu tidak disampaikan secara
transparan sehingga orang tidak mengerti
jika tidak ditelaah. Ajaran itu sedemikian terselubungnya melalui
simbol- simbol hingga generasi kita merasa tidak perlu menaatinya bahkan
menganggap tahayul belaka.
Demikianlah
satu ungkapan ora ilok ; bocah aja diuluk-ulukna yang sesungguhnya sarat makna
tetapi sering kali dianggap jadi tak bermakna karena hidup kitalah yang
sebenarnya kurang bermakna. Mudah-mudahan melalui telaah sederhana ini kita mau bersikap bijak, tidak
mentertawakan budaya sendiri karena
ketidak mengertian kita, tetapi justru dapat merenungi makna dan ajaran luhur dari leluhur kita.
Permainan Poker Paling Seru Bersama Winning303...
BalasHapusMenghadirkan IG poker & IDN poker ....
Dengan 1 User ID, Sudah Dapat Bermain 8 Games Kartu Populer :
1. Texas Poker
2. Omaha Poker
3. Domino QQ
4. Ceme Keliling
5. Bandar Ceme
6. Capsa Susun
7. Bandar Capsa
8. BIG 2
Bonus New Member Slot 15%
Bonus New Member Poker 10%
Bonus New Member Sabung Ayam 10%
Bonus New Member Sportsbook & Live Casino 20%
Bonus Deposit 10% Setiap Hari
Bonus Deposit 10% Slot Setiap Hari
Bonus Deposit Sabung Ayam 5%
Bonus Cashback 5-10%
Bonus 100% 7x Kemenangan Beruntun Sabung Ayam
Diskon Togel Hingga 65%
Bonus Rollingan Slot 1%
Bonus Rollingan Poker dan Live Casino 0.5%
Tunggu Apa Lagi, Ayok Segera Daftarkan Diri Anda Bersama Kami Di Winning303
Dapatkan juga berbagai macam Bonus menarik dalam bermain Poker bersama kami.
Informasi Lebih Lanjut, Silakan Hubungi Kami Di :
- WA : 0877 8542 5244