Senin, 05 Desember 2016

BOCAH AJA DIULUK-ULUKNA

Mengenali Budaya Sendiri
Ora Ilok :

Oleh  Riyadi 


Barangkali  anda pernah mendengar sebuah nasihat atau larangan  dari orang tua  yang berbunyi ; Bocah aja diuluk-ulukna.  Larangan itu akan diucapkan orang tua  kita  ketika mereka melihat anak-anak kecil diangkat tinggi-tinggi  hingga melewati kepala orang yang mengangkatnya.
Menguluk-ulukkan bocah, yang artinya menjunjung anak kecil hingga melalmpaui kepala orang yang menjunjungnya menjadi hal  pamali dilakukan  oleh  masyarakat Banyumas.  Mereka memberi rambu-rambu terhadap perbuatan  itu dengan ungkapan ora ilok yang meberi simyal tidak boleh dilakukan.
Memang  sangat mengherankan kenapa  hal itu menjadi larangan. Lebih mengherankan lagi ketika ditanya alasannya dan mereka tak bisa menjelaskannya. Tetapi bukan  untuk diperdebatkan bila mereka melarang tanpa bisa menjelaskan alasannya, melainkan lebih bijak untuk mengkajinya lebih lanjut.
Sebenarnya ada satu kata  saja yang menjadi kunci , tetapi dengan satu kata itu  dapat menjalin kata-kata lain hingga dapat memperjelas makna kata secara keseluruhan. Kata yang dimaksud adalah ngulukna, bentuk tanduk dari diulukna dari kata dasar (lingga ) uluk yang bermakna menjunjung sesuatu melampaui kepala.
Sebagaimana makna leksikal secara keseluruhan dari ungkapan ; Bocah aja diuluk- ulukna, ora  ilok, adalah larangan agar  kita tidak menjunjung anak kecil hingga melampaui kepala. Secara logika larangan ini memang cukup beralasan karena dapat  membahayakan keselamatan anak. Mereka khawatir si anak akan jatuh jika si orang tua kurang berhati-hati. Dan akibat  yang jelas dan nyata adalah  perasaan takut yang dialami pada anak-anak itu sendiri..
Berbeda lagi maknanya jika ditelaah  secara simbolisme.  Kata diuluk-ulukna menjadi bermakna lain  dari pada  makna di atas. Kata diuluk-ulukna menyimbolkan makna menyanjung berlebihan,  menyayang berlebihan,  memanja berlebihan, dan sejenisnya. Sikap menyanjung,  memanja, dan kasih sayang berlebihan terhadap anak akan berefek kurang baik. Salah satu efek yang kurang baik itu antara lain anak tidak mau menghormati orang lain, orang tua, atau orang yang lebih tua. Sikap berani melawan orang tua, menentang nasehat orang yang lebih tua,  merupakan contoh-contoh efek  yang ditimbulkan dari  diuluk-ulukna itu.
Satu hal yang paling mendasar dari makna diuluk-ulukna adalah melampaui  kepala orang lain. Kepala  yang merupakan simbol  kehormatan orang ( terutama kepala orang tua )  menjadi simbol kehormatan  yang paling hakiki yang paling harus dihormati. Maka jika ada sesuatu benda  ( misalkan tangan ) orang lain yang akan melampaui kepala orang tua tentulah itu menjadi pamali. Dalam keadaan  yang sangat terpaksa orang  Banyumas akan memohon dengan seribu hormatnya dengan ungkapan numun sewu ( maaf ) secara tulus.
      Maka jika anak-anak dijunjung tinggi-tinggi ( diuluk-ulukna) ini berarti si anak telah naik melampaui kepala orang dewasa. Bukan saja bagian tangan yang telah melampaui ketinggian kepala melainkan badan serta anggota tubuh yang lain pun ikut serta melampaui kepala. Termasuk juga kaki.  Inilah yang dikhawatirkan orang tua bahwa anak-anak akan bersikap berani melampaui hehormatan orang tua dalam arti seluas-luasnya.
Kekhawatiran itu tidak hanya sampai di situ saja sebab makna itupun masih terlalu sempit. Makna yang lebih luas sebenarnya  sudah dapat terlihat melalui telaah di atas.  Melalui ungkapan itu anak-anak diharapkan tidak memiliki sikap yang melampaui kehormatan orang lain. Bukan hanya orang tua saja melainkan kehormatan siapapun. Maka sejak dini  mereka dididik untuk selalu menghormati kehormatan siapapun.. Melalui ungkapan; ora ilok ;Bocah aja diuluk-ulukna , sesungguhnya mereka tengah menanamkan sikap luhur kepada anak-anak mereka tentang pentingnya menghargai orang lain. Kehormatan  bermacam-macam bentuknya. Kehormatan manusia  bisa berupa  nama baik ,jabatan, status sosial, dan lain-lain. Itulah yang harus dihormati.
Maka jelaslah sekarang, inti dari ajaran  yang terdapat dalam ungkapan ora ilok ;Bocah aja diuluk-ulukna adalah ajaran yang maha luhur dan sangat bijak dari orang tua kita kepada anak-anak agar senantiasa menghormati kehormatan orang lain.
Falsafah hidup orang Banyumas yang senantiasa ndhasar, andhap asor, bersahaja, tampaknya termuat  dalam  ungkapan ora ilok tadi dan ditanamkan kepada anak-anak semenjak bayi. Hanya sayangnya ajaran itu tidak disampaikan secara transparan sehingga orang tidak mengerti  jika tidak ditelaah. Ajaran itu sedemikian terselubungnya melalui simbol- simbol hingga generasi kita merasa tidak perlu menaatinya bahkan menganggap tahayul belaka.

Demikianlah satu ungkapan  ora ilok ; bocah aja diuluk-ulukna yang sesungguhnya sarat makna tetapi sering kali dianggap jadi tak bermakna karena hidup kitalah yang sebenarnya kurang bermakna. Mudah-mudahan melalui telaah sederhana ini  kita mau bersikap bijak, tidak mentertawakan  budaya sendiri karena ketidak mengertian kita, tetapi justru dapat merenungi  makna dan ajaran luhur  dari leluhur kita.

1 komentar:

  1. Permainan Poker Paling Seru Bersama Winning303...
    Menghadirkan IG poker & IDN poker ....

    Dengan 1 User ID, Sudah Dapat Bermain 8 Games Kartu Populer :
    1. Texas Poker
    2. Omaha Poker
    3. Domino QQ
    4. Ceme Keliling
    5. Bandar Ceme
    6. Capsa Susun
    7. Bandar Capsa
    8. BIG 2

    Bonus New Member Slot 15%
    Bonus New Member Poker 10%
    Bonus New Member Sabung Ayam 10%
    Bonus New Member Sportsbook & Live Casino 20%
    Bonus Deposit 10% Setiap Hari
    Bonus Deposit 10% Slot Setiap Hari
    Bonus Deposit Sabung Ayam 5%
    Bonus Cashback 5-10%
    Bonus 100% 7x Kemenangan Beruntun Sabung Ayam
    Diskon Togel Hingga 65%
    Bonus Rollingan Slot 1%
    Bonus Rollingan Poker dan Live Casino 0.5%

    Tunggu Apa Lagi, Ayok Segera Daftarkan Diri Anda Bersama Kami Di Winning303
    Dapatkan juga berbagai macam Bonus menarik dalam bermain Poker bersama kami.

    Informasi Lebih Lanjut, Silakan Hubungi Kami Di :
    - WA : 0877 8542 5244

    BalasHapus