Senin, 05 Desember 2016

KUNCLUNGAN

Oleh Riyadi
Kunclungan adalah bermain musik dengan media air sungai. Tidak ada alat musik yang digunakan kecuali air sungai itu sendiri. Memanfaatkan air sungai yang mengalir dengan menggunakan tangan  dengan teknik tertentu lalu menimbulkan beberapa bunyi tertentu, itulah yang disebut kunclungan. Di tempat lain ada yang menyebutnya dengan istilah ciblonan, ciblongan, atau istilah lainnya.
Secara garis besar ada tiga jenis bunyi yang ditimbulkan oleh tangan kita ketika bermain kunclung. Bunyi tersebut yakni, ‘clung”, “plak”, dan “blung”.
“Clung,plak, clung blung!”
“Clung, plak,clung blung!’
Itulah bunyi  ritmis yang ditimbulkan dari aliran air sungai oleh tangan kita. Untuk menghasilkan suara yang empuk dan sempurna dibutuhkan tekhnik khusus yang baik pula.
Bunyi “clung” dihasilkan dengan tekhnik mendorong tangan kita ke dalam air dengan kemiringan sudut tertentu  yakni sekitar  60 derajat. Bunyi “clung” akan terbentuk dengan sempurna jika arah tangan kita berlawanan dengan arus dan dengan kemiringan yang benar. Bunyi tersebut tidak akan terbentuk dengan baik jika arahnya mengikuti arus  atau kemiringannya tak tepat. Dan akan terdengar lebih sempurna lagi  ketika telapak  tangan kita merenggang kemudian ketika tekhnik mendorongnya dengan sedikit diputar.
Bunyi “plak” adalah bunyi yang dihasilkan oleh bertemunya telapak tangan kita dengan permukaan air. Bunyi ini mungkin merupakan bunyi yang paling mudah dipelajari karena bunyi itu semacam tepuk tangan. Tetapi bagaimanapun kita harus tetap mencobanya berkali-kali dengan perasaan pula agar menghasilkan bunyi “plak” yang sempurna. Bunyi itu termasuk bunyi yang tinggi dan terkesan keras.
Adapun bunyi “blung” ditimbulkan akibat jatuhnya tangan yang mendorong air lebih banyak dalam posisi vertikal ke dalam air dengan kedalaman tertentu. Bunyi ini terkesan berat dan dalam namun terasa lebih tenang seperti jenis bas dalam musik.
Bermain kunclungan biasa dilakukan oleh masyarakat desa yang tinggal di daerah aliran sungai, baik anak-anak maupun orang dewasa. Laki-laki atau perempuan pun biasa melakukannya. Waktunya pun bisa kapan saja. Namun tentu ketika mereka tengah mandi di sungai tersebut.
Ada beberapa hal yang menarik untuk dikaji  terkait permainan kunclungan itu selain teknik dan definisinya. Pertama, bahwa kunclungan ini merupakan simbol dan ungkapan dari perasaan dan suasana hati seseorang.
Seperti halnya orang bermain musik lainnya, kunclungan juga sangat berhubungan dengan suasana hati seseorang. Orang yang bermain musik sangat dipengaruhi suasana hatinya. Suasana hati yang senang akan menghasilkan musik yang riang, indah, dan merdu didengarkan. Sebaliknya orang yang gundah dan sedih akan menghasilkan permainan musik yang jelek dan tidak merdu didengar.
Bermain kunclungan  memberikan simbol bahwa mereka tengan dalam suasana yang riang gembira. Sebab kunclungan itu sebanarnya merupakan perwujudan dan ungkapan kegembiraan pada saat itu.
Kunclungan sering dilakukan ketika mereka mandi di sungai baik pagi maupun sore. Ketika sore mereka malakukannya setelah selesai mencuci pakaian. Dengan kunclungan mereka seakan melepaskan kepenatan dan rasa lelahnya setelah beberapa saat melakukan pekerjaan rutinitas mencuci pakaian. Ketika pagi mereka melakukannya seraya mandi pagi. Dan kadang bahkan kita mendengar suara kunclung pada saat menjelang fajar.
Walau tidak pasti kebenarannya namun banyak orang menerka-terka siapa yang tengah mandi wajib atau berjinabat saat kunclungan terdengar di hari yang masih petang itu. Hal ini sangat logis dikaitkan dengan masalah suasana hati di pagi hari.
Suasana hati yang begitu gembira kemudian sangat terkait dengan peristiwa seseorang yang telah melakukan hubungan badan  atau karonsih dengan pasangan mereka. Suasana gembira memang sangat memungkinkan akan terbawa hingga mereka melakukan mandi wajib untuk menyucikan diri setelah mereka melakukan kewajibannya sebagai pasangan rumah tangga. Dan suasana batin itupun terungkap lewat kunclungan.
Hal yang demikian itu menjadikan sebagian orang akan menyimpulkan bahwa seseorang telah melakukan hubungan badan ketika saat menjelang fajar terdengar suara kunclung di sungai.
Selain menjadi simbol kegembiraan dan suasana hati, kunclungan juga dapat dijadikan simbol persahabatan antara manusia dan alam. Kunclungan merupakan gambaran betapa mesranya persahabatan manusia dengan alam. Air sungai yang jernih memberikan kesempatan manusia untuk mandi dan bersuka cita di dalamnya. Saat itu sungai masih menyuguhkan airnya yang jernih untuk manusia, dan manusia masih mempedulikannya terhadap sungai. Manusia dan sungai saling bercengkerama tanpa saling curiga dan tak pernah saling mengancamnya. Itu semua merupakan wujud persahabatan sejati antara manusia dan alam.
Orang bermain kunclungan tentu membutuhkan sungai yang jernih dan mengalir deras. Mereka tak akan mungkin bermain kunclungan di sungai yang dangkal dan mengalir di dalamnya limbah dan kotoran lainnya. Oleh karena itu mereka akan selalu mencari sungai yang dalam dan jernih untuk mandi dan kunclungan.Hal itu masih sangat memungkinkan pada saat jaman dahulu.
 Tetapi bagaimana dengan keadaan sekarang? Sungguh sudah sangat jauh berbeda. Sungai di jaman sekarang sudah sangat dangkal.  Airnya mengalirkan limbah kimia dan sampah lainnya yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia.
Orang tak akan lagi bisa bercengkerama dengan sungai yang kotor. Sungai menjadi ancaman jiwa mereka pada saat ini. Dan mana mungkin mereka akan bermandi di dalamnya alirannya.  Apalagi bersuka ria bermain kunclungan di dalamnya.
Akhirnya kunclungan sudah tak terdengar lagi. Irama kunclungan terpendam oleh lumpur sungai atau hanyut bersama limbah sungai yang begitu kotor dan berbahaya. Alunan kunclungan tak dapat lagi menyimbolkan keceriaan dan persahabat dengan alam, melainkan sudah berubah menjadi jeritan dan kesedihan yang memilukan.
Kunclungan membutuhkan kesadaran manusia untuk mau bersahabat dengan sungai karena untuk melakukan hal itu dibutuhkan sungai yang dalam dengan aliran sungai yang jernih. Dan ini menjadi syarat mutlak bermain kunclung.
Inilah yang menjadi keprihatinan kita, sebab kelak generasi kita tak akan lagi mendengar bunyi kunclungan yang merupakan kearifan lokal. Bahkan bukan sekadar itu, mungkin saja mereka tak akan pernah mendengar kata kunclungan sekali pun karena semua musnah dihanyutkan limbah dan air bah.
Untuk melestarikan kunclungan tentu saja diperlukan syarat mutlak yakni mau melestarikan lingkungan sungai agar tetap jernih dan tak tak terkontaminasi limbah. Maka diperlukan nurani manusia yang bijak untuk selalu bersahabat dengan alam. Melestarikan permainan kunclungan sekali gus melestarikan sungai perlu ditanamkan kepada seluruh masyarakat agar alam selalu bersahabat dengan manusia.@


Tidak ada komentar:

Posting Komentar