Oleh
Riyadi
Kunclungan
adalah bermain musik dengan media air sungai. Tidak ada alat musik yang
digunakan kecuali air sungai itu sendiri. Memanfaatkan air sungai yang mengalir
dengan menggunakan tangan dengan teknik
tertentu lalu menimbulkan beberapa bunyi tertentu, itulah yang disebut
kunclungan. Di tempat lain ada yang menyebutnya dengan istilah ciblonan,
ciblongan, atau istilah lainnya.
Secara
garis besar ada tiga jenis bunyi yang ditimbulkan oleh tangan kita ketika
bermain kunclung. Bunyi tersebut yakni, ‘clung”, “plak”, dan “blung”.
“Clung,plak,
clung blung!”
“Clung,
plak,clung blung!’
Itulah
bunyi ritmis yang ditimbulkan dari
aliran air sungai oleh tangan kita. Untuk menghasilkan suara yang empuk dan
sempurna dibutuhkan tekhnik khusus yang baik pula.
Bunyi
“clung” dihasilkan dengan tekhnik mendorong tangan kita ke dalam air dengan
kemiringan sudut tertentu yakni sekitar 60 derajat. Bunyi “clung” akan terbentuk
dengan sempurna jika arah tangan kita berlawanan dengan arus dan dengan kemiringan
yang benar. Bunyi tersebut tidak akan terbentuk dengan baik jika arahnya
mengikuti arus atau kemiringannya tak
tepat. Dan akan terdengar lebih sempurna lagi
ketika telapak tangan kita
merenggang kemudian ketika tekhnik mendorongnya dengan sedikit diputar.
Bunyi
“plak” adalah bunyi yang dihasilkan oleh bertemunya telapak tangan kita dengan
permukaan air. Bunyi ini mungkin merupakan bunyi yang paling mudah dipelajari
karena bunyi itu semacam tepuk tangan. Tetapi bagaimanapun kita harus tetap
mencobanya berkali-kali dengan perasaan pula agar menghasilkan bunyi “plak”
yang sempurna. Bunyi itu termasuk bunyi yang tinggi dan terkesan keras.
Adapun
bunyi “blung” ditimbulkan akibat jatuhnya tangan yang mendorong air lebih
banyak dalam posisi vertikal ke dalam air dengan kedalaman tertentu. Bunyi ini
terkesan berat dan dalam namun terasa lebih tenang seperti jenis bas dalam
musik.
Bermain
kunclungan biasa dilakukan oleh
masyarakat desa yang tinggal di daerah aliran sungai, baik anak-anak maupun orang
dewasa. Laki-laki atau perempuan pun biasa melakukannya. Waktunya pun bisa
kapan saja. Namun tentu ketika mereka tengah mandi di sungai tersebut.
Ada
beberapa hal yang menarik untuk dikaji
terkait permainan kunclungan itu selain teknik dan definisinya. Pertama,
bahwa kunclungan ini merupakan simbol dan ungkapan dari perasaan dan suasana
hati seseorang.
Seperti
halnya orang bermain musik lainnya, kunclungan
juga sangat berhubungan dengan suasana hati seseorang. Orang yang bermain musik
sangat dipengaruhi suasana hatinya. Suasana hati yang senang akan menghasilkan
musik yang riang, indah, dan merdu didengarkan. Sebaliknya orang yang gundah
dan sedih akan menghasilkan permainan musik yang jelek dan tidak merdu
didengar.
Bermain kunclungan memberikan simbol bahwa mereka tengan dalam
suasana yang riang gembira. Sebab kunclungan
itu sebanarnya merupakan perwujudan dan ungkapan kegembiraan pada saat itu.
Kunclungan
sering dilakukan ketika mereka mandi di sungai baik pagi maupun sore. Ketika
sore mereka malakukannya setelah selesai mencuci pakaian. Dengan kunclungan mereka seakan melepaskan
kepenatan dan rasa lelahnya setelah beberapa saat melakukan pekerjaan rutinitas
mencuci pakaian. Ketika pagi mereka melakukannya seraya mandi pagi. Dan kadang
bahkan kita mendengar suara kunclung
pada saat menjelang fajar.
Walau
tidak pasti kebenarannya namun banyak orang menerka-terka siapa yang tengah
mandi wajib atau berjinabat saat kunclungan
terdengar di hari yang masih petang itu. Hal ini sangat logis dikaitkan dengan
masalah suasana hati di pagi hari.
Suasana
hati yang begitu gembira kemudian sangat terkait dengan peristiwa seseorang
yang telah melakukan hubungan badan atau
karonsih dengan pasangan mereka. Suasana
gembira memang sangat memungkinkan akan terbawa hingga mereka melakukan mandi
wajib untuk menyucikan diri setelah mereka melakukan kewajibannya sebagai
pasangan rumah tangga. Dan suasana batin itupun terungkap lewat kunclungan.
Hal
yang demikian itu menjadikan sebagian orang akan menyimpulkan bahwa seseorang
telah melakukan hubungan badan ketika saat menjelang fajar terdengar suara kunclung di sungai.
Selain
menjadi simbol kegembiraan dan suasana hati, kunclungan juga dapat dijadikan
simbol persahabatan antara manusia dan alam. Kunclungan merupakan gambaran
betapa mesranya persahabatan manusia dengan alam. Air sungai yang jernih
memberikan kesempatan manusia untuk mandi dan bersuka cita di dalamnya. Saat
itu sungai masih menyuguhkan airnya yang jernih untuk manusia, dan manusia
masih mempedulikannya terhadap sungai. Manusia dan sungai saling bercengkerama
tanpa saling curiga dan tak pernah saling mengancamnya. Itu semua merupakan
wujud persahabatan sejati antara manusia dan alam.
Orang
bermain kunclungan tentu membutuhkan
sungai yang jernih dan mengalir deras. Mereka tak akan mungkin bermain
kunclungan di sungai yang dangkal dan mengalir di dalamnya limbah dan kotoran
lainnya. Oleh karena itu mereka akan selalu mencari sungai yang dalam dan jernih
untuk mandi dan kunclungan.Hal itu
masih sangat memungkinkan pada saat jaman dahulu.
Tetapi bagaimana dengan keadaan sekarang? Sungguh
sudah sangat jauh berbeda. Sungai di jaman sekarang sudah sangat dangkal. Airnya mengalirkan limbah kimia dan sampah
lainnya yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia.
Orang
tak akan lagi bisa bercengkerama dengan sungai yang kotor. Sungai menjadi
ancaman jiwa mereka pada saat ini. Dan mana mungkin mereka akan bermandi di
dalamnya alirannya. Apalagi bersuka ria bermain
kunclungan di dalamnya.
Akhirnya
kunclungan sudah tak terdengar lagi.
Irama kunclungan terpendam oleh
lumpur sungai atau hanyut bersama limbah sungai yang begitu kotor dan berbahaya.
Alunan kunclungan tak dapat lagi
menyimbolkan keceriaan dan persahabat dengan alam, melainkan sudah berubah
menjadi jeritan dan kesedihan yang memilukan.
Kunclungan
membutuhkan kesadaran manusia untuk mau bersahabat dengan sungai karena untuk
melakukan hal itu dibutuhkan sungai yang dalam dengan aliran sungai yang jernih.
Dan ini menjadi syarat mutlak bermain kunclung.
Inilah
yang menjadi keprihatinan kita, sebab kelak generasi kita tak akan lagi
mendengar bunyi kunclungan yang
merupakan kearifan lokal. Bahkan bukan sekadar itu, mungkin saja mereka tak
akan pernah mendengar kata kunclungan
sekali pun karena semua musnah dihanyutkan limbah dan air bah.
Untuk
melestarikan kunclungan tentu saja
diperlukan syarat mutlak yakni mau melestarikan lingkungan sungai agar tetap
jernih dan tak tak terkontaminasi limbah. Maka diperlukan nurani manusia yang bijak
untuk selalu bersahabat dengan alam. Melestarikan permainan kunclungan sekali gus melestarikan
sungai perlu ditanamkan kepada seluruh masyarakat agar alam selalu bersahabat
dengan manusia.@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar