Senin, 05 Desember 2016

BOCAH AJA MANGAN UMBUT

Mengenali Budaya Sendiri
Oleh  Riyadi 


Bocah aja mangan umbut,ora ilok. Demikian  petuah orang tua kita di  Banyumas disampaikan  kepada  anak cucu mereka ketika mereka melihat anak-anak hendak memakan umbut. Anak-anak pun menuruti nasehat itu tanpa mau tahu alasannya.
            Umbut adalah bagian pucuk atau tunas  dari tanaman kelompok palma terutama tanaman salak.  Pada tanaman sejenis kelapa ,pinang, aren, sagu, dan lainnya yang termasuk kelompok palma juga, umbut sering juga disebut pondhoh. Maka ada versi lain tentang ora ilok yang berbunyi ;  Bocah aja mangan pondhoh. Hal itu muncul sebagai varian saja.
            Orang tua kita tidak mampu menjelaskan tentang larangan tersebut ketika si anak menanyakan perihal alasannya. Namun meskipun tak mampu menjelaskannya mereka tetap  menasehati untuk tidak memakannya.
            Tentu bukan sekadar membuat larangan tanpa tujuan, melainkan ada makna yang seharusnya  kita cermati tentunya. Hanya saja orang tua kita pun tidak memahami  apa makna di balik itu. Yang  memahaminya tentu saja adalah para leluhur kita  yang pertama kali membuat ungkapan tersebut.
            Pesan dan nasehat terselubung  yang maha tinggi inilah  yang hingga saat ini tidak tersampaikan  kepada generasi kita  mengingat sudah terlalu jauh  jarak dan batas masanya antara kita dan leluhur  terdahulu. Maka perlu adanya jembatan untuk penghubung  di antara masa keduannya agar pesan makna tersebut dapat tertangkap oleh  generasi sekarang dan masa depan. Jembatan itu berupa telaah atau analisis.
            Ada dua kata kunci yang sebenarnya  perlu dikaji   lebih dalam. Kata mangan dan umbut keduanya dijadikan  simbol dan perlambangan oleh  nenek moyang kita. Sebagaimana telah ditelaah pada beberapa ungkapan ora ilok lain sebelumnya, bahwa kata mangan memiliki makna simbolik menikmati atau menjalani. Hanya saja dalam kontek ini, kata menikmati menjadi bermakna beda yang memiliki nilai rasa negatif  dibanding kata menikmati pada kontek lain secara umum.
            Umbut sebagaimana telah disinggung di atas adalah bagian atas atau pucuk tanaman salak dan sejenisnya. Bagian tanaman tersebut berfungsi sebagai titik  pertumbuhan dan merupakan lembaga daun sekaligus batang yang akan menambah ukuran panjang dan tinggi serta kwantitas  daun. Ketika umbut terpotong atau rusak, maka pertumbuhan pun menjadi terganggu. Bahkan tanaman itu pula bisa mati.
            Dalam kehidupan manusia umbut atau pondhoh disimbolkan sebagai harapan kehidupan masa depan. Gegayuhaning urip ( cita-cita ) yang terus  tumbuh menjulang ke atas tanpa batas disimbolkan oleh umbut dan pondhoh. Harapan hidup itu  tentulah yang bagus. Harapan hidup bahagia, sejahtera,  tentulah yang dikehendaki mereka. Umbut dan pondhoh sebagai lambang perjalanan asa  mereka  diharapkan akan terus tumbuh  hingga titik maksimal yang berujung dengan kesuksesan mecapai cita-cita. Titik maksimal umbut itulah  yang kelak akan disebut dengan keberhasilan gegayuhaning urip.
            Jika umbut rusak terpotong maka tanaman salak atau kelapa tidak akan dapat tumbuh sempurna dan maksimal. Dan titik maksimal gegayuhaning urip pun tidak akan  terwujud.  Inilah yang kelak akan disebut kegagalan. Maka  melalui perlambangan, umbut dan pondhoh sebagai pejalanan hidup di masa muda, orang tua kita menasehati dan mengingatkan agar tidak memakannya ( Aja mangan umbut ) agar kita dapat  tetap berjalan tumbuh maksimal mencapai gegayuhaning urip. Maknanya  kita tidak boleh  mengaggu terhadap diri kita sendiri dalam usaha  mencapai gegayuhaning urip. Menikmati ( mangan )  masa muda ( umbut ) dalam arti negatif adalah merusak perjalanan hidup manusia. Maka  dengan membiarkan ( ora mangan )  perjalanan hidup ( umbut ) itu maknanya sama dengan tidak mengganggu  usaha untuk meraih  cita-cita sendiri. Sebaliknya jika kita  makan ( mangan  umbut ) ini maknanya  sama dengan  merusak, mengganggu  usaha sendiri  dalam mencapai gegayuhaning urip yang dapat menyebabkan gagalnya kehidupan.
                Demikianlah kiranya makna terselubung yang memang dibungkus rapat oleh nenek moyang kita sebagaimana  budaya dan karakter masyarakat Jawa dan Banyumas khususnya yang selalu  memberi nasehat secara simbolis. Maka kurang bijaklah apabila kita menentang larangan tersebut setelah sedikit tahu akan makna yang terkandung dalam ungkapan ora ilok  tersebut. Sebab bukanlah  kita  dilarang  makan umbut atau pondhoh  secara  lugas, melainkan sesungguhnya kita  tidah boleh  mengganggu  atau menghalangi  usaha yang disebut nggayuh urip serta menghambur-hamburkan masa muda dengan bersantai- santai tanpa usaha.

                 Semoga  telaah ini dapat membuka cakrawala kita@

1 komentar:

  1. Permainan Poker Paling Seru Bersama Winning303...
    Menghadirkan IG poker & IDN poker ....

    Dengan 1 User ID, Sudah Dapat Bermain 8 Games Kartu Populer :
    1. Texas Poker
    2. Omaha Poker
    3. Domino QQ
    4. Ceme Keliling
    5. Bandar Ceme
    6. Capsa Susun
    7. Bandar Capsa
    8. BIG 2

    Bonus New Member Slot 15%
    Bonus New Member Poker 10%
    Bonus New Member Sabung Ayam 10%
    Bonus New Member Sportsbook & Live Casino 20%
    Bonus Deposit 10% Setiap Hari
    Bonus Deposit 10% Slot Setiap Hari
    Bonus Deposit Sabung Ayam 5%
    Bonus Cashback 5-10%
    Bonus 100% 7x Kemenangan Beruntun Sabung Ayam
    Diskon Togel Hingga 65%
    Bonus Rollingan Slot 1%
    Bonus Rollingan Poker dan Live Casino 0.5%

    Tunggu Apa Lagi, Ayok Segera Daftarkan Diri Anda Bersama Kami Di Winning303
    Dapatkan juga berbagai macam Bonus menarik dalam bermain Poker bersama kami.

    Informasi Lebih Lanjut, Silakan Hubungi Kami Di :
    - WA : 0877 8542 5244

    BalasHapus