Apakah
kita termasuk sosok guru yang kedatangannya
ditunggu para siswa?
Pertanyaan
itu barangkali pernah muncul dalam hati kita selaku guru. Terutama saat kita
tengah merenung merefleksi diri terhadap profesi yang kita miliki. Lalu apa
jawaban kita? Yang dapat mengerti adalah diri kita sendiri. Namun ada yang
lebih penting terkait pertanyaan itu, yakni
bagaiman kita menjadi guru yang selalu ditunggu siswa-siswi kita.
.
Bukan hal yang sulit untuk menjadi sosok guru yang ditunggu murid-muridnya
.Tetapi juga tidak boleh dianggap hal yang mudah karena hal iitu membutuhkan
konsekuensi yang tinggi. Berani dan mau untuk mengubah diri memang menjadi
kunci utama agar kita menjadi sosok ” idola”. Dan di sinilah letak kesulitannya
karena hal demikian tidak dapat diakukan dengan serta merta dan tiba-tiba.
Sungguh aneh jadinya jika terjadi
perubahan yang drastis pada diri seorang guru secara tiba-tiba. Apalagi jika
murid-muridnya sudah tahu sebelumnya tentang karakter guru tersebut. Jika hal
demikian terjadi, mungkin saja banyak yang bertanya mengapa demikian. Dan tak
mungkin perubahan tersebut akan menjadi bahan perbincangan dan tertawaan
siapapun.
Banyak hal yang dapat menjadikan mereka
senantiasa menunggu kehadiran kita. Kuncinya adalah mereka mencintai kita. Lalu
pertanyaannya adalah hal mana yang membuat mereka mencintai kita?
Sebenarnya sebagian besar diantara
kita sudah mengerti jawabannya. Hal atau sikap yang bagaimana dari seorang guru
yang dapat membuat siswa mencintai kita. Sayangnya kita hanya dapat menjawab pertanyan itu dalam hati
kita saja. Pertanyaan memang dapat terjawab tetapi persoalan tak selesai.
Masalahnya kita susah untuk melakukan dan mempraktekannya.
Berikut ini mungkin hal- hal yang dapat
direnungkan kebenarannya bagi para pendidik agar siswa mencintai kita.
a. Menghindari
sikap suka marah
Kita sering sekali
mendengar orang tua yang menakut-nakuti anaknya dengan ancaman; disuntik pak
dokter, ditembak pak Polisi atau yang lain. Jabatan dokter, polisi selalu
dilekati dengan pekerjaan yang menakutkan bagi anak. Hal serupa juga terjadi
pada guru. Guru juga mendapat stempel tukang memarahi. Betapa tidak, orang tua
sering mengatakan kepada anaknya yang dianggap nakal.; “Awas nanti dimarahi Bu
Guru, lho!”
Terkait dengan hal itu akhirnya sering muncul
pada anak perasaan takut sekolah atau
takut guru karena akan dimarahi.Nah, parahnya jika image mereka benar terbukti
di sekolah. Dalam keadaan ketakutan mereka benar-benar menghadapi kenyataan mendapati
guru yang benar-benar pemarah. Disinilah mereka mulai tumbuh rasa takut, apatis,
dan akhirnya tumbuh pula kebencian terhadap sosok guru.
Untuk mencegah hal
demikian hendaknya guru tidak memiliki sikap pemarah.
b. Selalu
gembira dan ceria di depan siswa
Hal yang menyenangkan
bagi anak-anak adalah suasana yang gembira. Di manapun anak berada mereka
senantiasa merindukan keceriaan. Begitu pun di dalam kelas atau di dalam
pembelajaran. Tak satupun diantara mereka suka dengan kesepian atau kemuraman
suasana. Tak satupun diantara mereka suka menghadapi guru mereka dalam keadaan sedih,
loyo, ataupun muram. Mereka selalu menanti bapak ibu guru meraka mengajar di
depan kelas dengan penuh energik, cerah- ceria dan bersemangat. Jika mereka
menyaksikan kita mengajar dengan semangat, ceria, gembira maka merekapun akan
terbawa suasan gembira pula. Efek baiknya adalah mereka
senang jika kita ajak belajar dan selalu merindukan kedatangan kita setiap
saat.Demikian sebaliknya guru yang tak bersemangat, loyo, menyedihkan, akan membuat
suasana siswa tak bersemangat dan membosankan pula dalam belajar.
c. Mengikuti
kemauan siswanya
Ada sebagian orang
berpendapat orang tua tidak boleh kalah oleh anak. Pendapat demikian mungkin
benar pada kehidupan jaman dulu tetapi tidak tepat pada zaman sekarang. Dalam
pembelajaran di sekolahpun guru selaku orang tua sudah tidak tepat jika
bersikap absolut menguasai anak-anak. Guru tidak lagi sebagai penguasa yang
mutlak dapat mengatur siswa sesukanya melainkan justru harus mengikuti kemauan
siswa sebatas itu tidak melenceng. Sikap
demokratis dalam pembelajaran memang sangat diperlukan agar siswa menjadi
hormat dan menyukai kita. Dengan sikap demokratis bukan berarti membuat wibawa
seorang guru menjadi turun melainkan justru akan membuat mereka berani
mengungkapkan gagasan.
d. Menghargai
siswa
Pada dasarnya semua
manusia butuh dihargai. Demkian pula yang dikehendaki anak-anak. Hanya saja
kita sering tak berpikir masalah itu sehingga harga diri anak-anak sering
dilupakan. Kita ingin dihargai tetapi di sisi lain anak-anak dianggap manusia
yang tidak perlu penghargaan. Hal itu dikarenakan anggapan kita bahwa anak-
anak tak mengerti. Akhirnya anak-anak pun menjadi kurang menghargai orang tua.
Sebagai guru hal itu
perlu direnungkan. Guru yang mau menghargai dan menghormati muridnya akan menuai
penghargaan juga dari mereka. Jika mereka menghargai kita tentu mereka juga
mencintai kita. Dan yang terjadi mereka akan selalu merindukan kita pula.
e. Dekatlah
dan komunikatif dengan siswa
Beberapa guru kadang
ada yang sengaja membuat jarak dengan siswanya. Perasaan ingin dihormati, ingin
dihargai oleh siswanya terkadang berlebihan sehingga ada anggapan dari sebagian
diantara mereka bahwa siswa yang terlalu dekat dengan guru dianggap tidak
sopan, kurang menghormati, dan anggapan lain yang intinya mereka dianggap
kurang ajar.
Ada anggapan bahwa mengakrabi
siswa seperti membangun jembatan ketidak sopanan menuju kekurangajaran. Jaman
dulu siapa berani seorang siswa mendekati meja guru? Apalagi menyentuhnya tanpa
alasan yang dapat dimaklumi. Meja guru saja seperti barang keramat yang tak
boleh tersentuh oleh siswanya, apalagi sosok gurunya. Inilah yang membuat
mereka menjadi jauh dengan guru. Tak berani berkomunikasi dengan guru dalam
arti luas. Jika hal demikian terjadi di zaman sekarang tentu saja akan terjadi jurang pemisah antara guru
dan siswa. Siswa akan merasa takut. Komunikasi tak berjalan. Permasalahan siswa
tak terselesaikan.
f. Menghindari
sikap sok jadi penguasa dalam kelas
Bahwa siswa di era
sekarang ini bukan lagi membutuhkan penguasa tetapi membutuhkan pemimpin. Jangan
bersikap kuasa dan merasa kuat atau seperti raja karena hal itu akan membuat
siswa malah menjadi tertekan dalam belajar.
Mereka belajar di kelas dalam keadaan terpaksa dan ketakutan yang
berlebihan. Ketakutan yang berlebihan akan membentuk sifat minder. Dan
celakanya ketika kelak ia memiliki keberanian justru akan berlebihan.
Guru bukan raja dalam
kelas bagi siswa-siswinya. Berlakulah guru sebagai sahabat yang bisa diajak
untuk bicara, berkeluh, berdiskusi, tanpa mengabaikan batasan yang wajar. Jika
guru dapat bersikap seperti itu niscaya akan disukai murid-muridnya.
g. Pandailah
bercerita lucu dan melucu
Banyak sekali guru yang
bagus dalam mengajar, namun sayangnya tidak
bisa melucu. Mereka mengajar sebagaimana mestinya apa yang harus diajarkannya.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai pakem yang harus dipedomani dalam
pelaksanaan pembelajaran membuat pembelajaran menjadi kaku. Kurang manis dan
kurang bumbu. Jika hal demikian terjadi setiap hari bagamana jadinya suasana
siswa?
Kelucuan bukanlah hal
yang tabu. Kelucuan guru justru menjadi hal yang ditunggu oleh siwa setiap
saat. Banyak siswa mengeluh bosan menerima pelajaran dari seorang guru karena
saat mengajar terlalu serius dan menegangkan. Padahal cerita lucu ibarat bumbu
dalam sebuah masakan yang disebut pembelajaran.
Banyak fungsi dari
sebuah kelucuan diantaranya membuat pikiran
siswa fres kembali. Selain itu juga menghilangkan kesan guru menakutkan. Pikiran
yang fres dan hilangnya rasa takut terhadap guru konon akan memudahkan siswa
menagkap meteri yang diajarkan. Demikian sebaliknya. Maka sifat humoris memang
sangat dibutuhkan oleh siapapun yang berprofesi sebagi guru ataupun pengajar.
Banyaklah mengoleksi cerita lucu serta belajarlah melucu sampai tidak lagi
terkesan kaku. Improvisasi dalam pembelajaran tidak diharamkan sejauh tidak
merusak skenario dan alokasi waktu.
h. Tampil
beda dalam mengajar
Guru modern dalam
pembelajaran tidak lagi bersikap klise, konfensional yang memposisikan dirinya
sebagai penceramah dan penasehat yang merasa tahu segala-galanya dalam
keterbatasannya. Guru modern adalah guru yang mampu melakukan pembelajaran
dengan berbagai metode yang menarik dan selalu berganti-ganti. Guru modern
adalah guru yang mampu mengemas pembelajaran dengan berbagai model menarik yang
membuat siswanya tak merasa bosan dan tak pula merasa dirinya sedang belajar.
Barangkali itulah yang disebut-sebut sebagai guru kreatif dan inovatif.
Dengan kreatifitasnya
ia selalu mencari dan menemukan cara mengajar yang baik dan menyenangkan bagi
siswa-siswanya. Dengan begitu ia akan selalu tampil beda dalam mengajar. Meski
sesungguhnya permasalahan yang disajikan adalah biasa dan materi lama namun dengan
kemasan yang selalu baru dan beda tentu akan membuat siswa merasa tertarik dan
menyukainya. Jika hal demikian dimiliki seorang guru tentu saja siswa akan
selalu menanti pembeharuannya itu.
i.
Memahami karakteristik siswa
Mengenali karakteristik
siswa merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dengan persoalan lain semacam
metode, model pembelajaran, media pembelajaran, dan lainnya. Dengan mengenali
karakteristik siswa dirinya akan tepat memberikan formula, kebijakan, dan
perlakukan kepada masing-masing siswanya dalam pembelajaran. Dirinya tidak akan
bersikap menyamakan semua siswanya dalam
hal kemampuan menyerap apa yang disampaikan. Dengan demikian dirinya akan mampu
memperlakukan setiap siswanya dengan perlakuan yang berbeda dan penuh
pengertian. Jika hal tersebut mampu dilakukan guru niscaya dirinya akan menjadi
sosok yang disenangi siswanya.
j.
Bersikap sebagai orang tua mereka
Banyak orang menyebut
bahwa guru adalah orang tua siswa di sekolah. Slogan ini tentu harus dimaknai
secara positif bagi seorang guru. Sebutan orang tua adalah orang yang
bertanggung jawab penuh terhadap seorang anak dalam segala hal yang didasari
dengan kasih sayang.
Mendapat mandat dari orang tua siswa untuk
mendidik dan mengajar sebenarnya pekerjaan yang cukup berat jika hal itu
disadari penuh. Karena guru diperlakukan
dan diamanati sebagai orang tua di sekolah maka dirinya hendaknya juga bisa
memperlakukan anak-anaknya dengan penuh tanggung jawab dan didasari rasa kasih
sayang pula.
Perlakuan guru sebagai
orang tua adalah sama seperti memperlakukan anak sendiri dalam arti yang
positif. Kelembutan dan kehangatan dalam mendidik harus dilakukan sebagai wujud
nyata dalam memperlakukan anak-anak. Perlakuan sama seperti anak sendiri tidak
berarti boleh melakukan semena-mena terhadap anak. Ini sangat tidak berlaku
bagi guru terhadap siswa-siswinya. Maka
pemaknaanya harus selalu mengarah yang positif. Kasih sayang guru benar-benar
harus terwujud agar siswa merasa nyaman
dalam didikan guru yang dianggap sebagi orang tua mereka. Ciptakan perasaan
anak yang nyaman di sekolah selaksa di dekat bapak dan ibu mereka sendiri.
k. Berpenampilan
menarik
Tampilan menarik di
depan siswa adalah hal yang penting pula saat melakukan pembelajaran. Guru yang
tampil rapi dalam hal berhias dan berbusana akan membuat siswa tertarik pula
terhadap guru tersebut. Sebaliknya tampilan guru yang kurang rapi dalam berhias
dan berbusana akan membuat mereka bosan. Namun demikian perlu adanya
batas-batas yang wajar dalam hal berhias dan berbusana. Terutama bagi guru wanita.
Berhias dan berbusana yang menarik tidak
berarti tampil berlebihan dan nyentrik
serta aneh yang justru akan
membuat bahan gunjingan dan tertawaan siswanya.
Oleh karena itu kewajaran haruslah tetap diutamakan dari pada sekadar
tampil untuk mencari perhatian.
Tampil menarik bukan
saja terkait dengan busana dan berhias, namun lebih dari itu. Tampil menarik
juga berlaku dalam hal sikap, perilaku, tindakan, dan lain-lain. Gerak-gerik
dan mimik guru dalam pembelajaran juga dapat memberi kesan tersendiri.
Barangkali itulah yang dimaksud dengan tampilan menarik dalam arti luas.
Hal-hal di atas adalah sebagian dari
berbagai faktor yang dapat membuat guru disukai siswanya. Tentu saja lebih
banyak lagi faktor lain yang belum disajikan dalam paparan ini. Hanya saja beberapa faktor yang telah
dipaparkan di atas barangkali merupakan rangkuman dari faktor lain yang
tidak tersebutkan.
Harapannya semoga paparan di atas dapat
menjadi refrensi bagi para guru dan calon guru yang ingin menjadi sosok yang
disukai, dilekati, diakrabi, dan tetap disegani oleh siwa-siswinya. Dengan
memiliki sifat dan perilaku yang demikian itu semogalah kita miliki. Dan kita akan
menjadi guru yang senantiasa dirindukan dan dinanti kehadirannya oleh siswa-siswinya
setulus hati@
*Dimuat Majalah Sang Guru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar