Minggu, 23 Oktober 2016

APAKAH KITA GURU YANG SELALU DITUNGGU?



Apakah kita termasuk sosok guru yang        kedatangannya  ditunggu para siswa?
Pertanyaan itu barangkali pernah muncul dalam hati kita selaku guru. Terutama saat kita tengah merenung merefleksi diri terhadap profesi yang kita miliki. Lalu apa jawaban kita? Yang dapat mengerti adalah diri kita sendiri. Namun ada yang lebih penting terkait pertanyaan itu, yakni  bagaiman kita menjadi guru yang selalu ditunggu siswa-siswi kita.
. Bukan hal yang sulit untuk menjadi sosok guru yang ditunggu murid-muridnya .Tetapi juga tidak boleh dianggap hal yang mudah karena hal iitu membutuhkan konsekuensi yang tinggi. Berani dan mau untuk mengubah diri memang menjadi kunci utama agar kita menjadi sosok ” idola”. Dan di sinilah letak kesulitannya karena hal demikian tidak dapat diakukan dengan serta merta dan tiba-tiba.
Sungguh aneh jadinya jika terjadi perubahan yang drastis pada diri seorang guru secara tiba-tiba. Apalagi jika murid-muridnya sudah tahu sebelumnya tentang karakter guru tersebut. Jika hal demikian terjadi, mungkin saja banyak yang bertanya mengapa demikian. Dan tak mungkin perubahan tersebut akan menjadi bahan perbincangan dan tertawaan siapapun.
Banyak hal yang dapat menjadikan mereka senantiasa menunggu kehadiran kita. Kuncinya adalah mereka mencintai kita. Lalu pertanyaannya adalah hal mana yang membuat mereka mencintai kita?
Sebenarnya sebagian besar diantara kita  sudah mengerti jawabannya. Hal  atau sikap yang bagaimana dari seorang guru yang dapat membuat siswa mencintai kita. Sayangnya kita  hanya dapat menjawab pertanyan itu dalam hati kita saja. Pertanyaan memang dapat terjawab tetapi persoalan tak selesai. Masalahnya kita susah untuk melakukan dan mempraktekannya.
Berikut ini mungkin hal- hal yang dapat direnungkan kebenarannya bagi para pendidik  agar siswa mencintai kita.
a.       Menghindari sikap suka marah
Kita sering sekali mendengar orang tua yang menakut-nakuti anaknya dengan ancaman; disuntik pak dokter, ditembak pak Polisi atau yang lain. Jabatan dokter, polisi selalu dilekati dengan pekerjaan yang menakutkan bagi anak. Hal serupa juga terjadi pada guru. Guru juga mendapat stempel tukang memarahi. Betapa tidak, orang tua sering mengatakan kepada anaknya yang dianggap nakal.; “Awas nanti dimarahi Bu Guru, lho!”
 Terkait dengan hal itu akhirnya sering muncul pada anak perasaan takut  sekolah atau takut guru karena akan dimarahi.Nah, parahnya jika image mereka benar terbukti di sekolah. Dalam keadaan ketakutan mereka benar-benar menghadapi kenyataan mendapati guru yang benar-benar pemarah. Disinilah mereka mulai tumbuh rasa takut, apatis, dan akhirnya tumbuh pula kebencian terhadap sosok guru.
Untuk mencegah hal demikian hendaknya guru tidak memiliki sikap pemarah.

b.      Selalu gembira dan ceria di depan siswa
Hal yang menyenangkan bagi anak-anak adalah suasana yang gembira. Di manapun anak berada mereka senantiasa merindukan keceriaan. Begitu pun di dalam kelas atau di dalam pembelajaran. Tak satupun diantara mereka suka dengan kesepian atau kemuraman suasana. Tak satupun diantara mereka suka menghadapi guru mereka dalam keadaan sedih, loyo, ataupun muram. Mereka selalu menanti bapak ibu guru meraka mengajar di depan kelas dengan penuh energik, cerah- ceria dan bersemangat. Jika mereka menyaksikan kita mengajar dengan semangat, ceria, gembira maka merekapun akan terbawa suasan gembira pula. Efek baiknya adalah mereka senang jika kita ajak belajar dan selalu merindukan kedatangan kita setiap saat.Demikian sebaliknya guru yang tak bersemangat, loyo, menyedihkan, akan membuat suasana siswa tak bersemangat dan membosankan pula dalam belajar.
c.       Mengikuti kemauan siswanya
Ada sebagian orang berpendapat orang tua tidak boleh kalah oleh anak. Pendapat demikian mungkin benar pada kehidupan jaman dulu tetapi tidak tepat pada zaman sekarang. Dalam pembelajaran di sekolahpun guru selaku orang tua sudah tidak tepat jika bersikap absolut menguasai anak-anak. Guru tidak lagi sebagai penguasa yang mutlak dapat mengatur siswa sesukanya melainkan justru harus mengikuti kemauan siswa sebatas  itu tidak melenceng. Sikap demokratis dalam pembelajaran memang sangat diperlukan agar siswa menjadi hormat dan menyukai kita. Dengan sikap demokratis bukan berarti membuat wibawa seorang guru menjadi turun melainkan justru akan membuat mereka berani mengungkapkan gagasan.
d.      Menghargai siswa
Pada dasarnya semua manusia butuh dihargai. Demkian pula yang dikehendaki anak-anak. Hanya saja kita sering tak berpikir masalah itu sehingga harga diri anak-anak sering dilupakan. Kita ingin dihargai tetapi di sisi lain anak-anak dianggap manusia yang tidak perlu penghargaan. Hal itu dikarenakan anggapan kita bahwa anak- anak tak mengerti. Akhirnya anak-anak pun menjadi kurang menghargai orang tua.
Sebagai guru hal itu perlu direnungkan. Guru yang mau menghargai dan menghormati muridnya akan menuai penghargaan juga dari mereka. Jika mereka menghargai kita tentu mereka juga mencintai kita. Dan yang terjadi mereka akan selalu merindukan kita pula.
e.       Dekatlah dan komunikatif dengan siswa
Beberapa guru kadang ada yang sengaja membuat jarak dengan siswanya. Perasaan ingin dihormati, ingin dihargai oleh siswanya terkadang berlebihan sehingga ada anggapan dari sebagian diantara mereka bahwa siswa yang terlalu dekat dengan guru dianggap tidak sopan, kurang menghormati, dan anggapan lain yang intinya mereka dianggap kurang ajar.
Ada anggapan bahwa mengakrabi siswa seperti membangun jembatan ketidak sopanan menuju kekurangajaran. Jaman dulu siapa berani seorang siswa mendekati meja guru? Apalagi menyentuhnya tanpa alasan yang dapat dimaklumi. Meja guru saja seperti barang keramat yang tak boleh tersentuh oleh siswanya, apalagi sosok gurunya. Inilah yang membuat mereka menjadi jauh dengan guru. Tak berani berkomunikasi dengan guru dalam arti luas. Jika hal demikian terjadi di zaman sekarang tentu  saja akan terjadi jurang pemisah antara guru dan siswa. Siswa akan merasa takut. Komunikasi tak berjalan. Permasalahan siswa tak terselesaikan.
f.       Menghindari sikap sok  jadi penguasa dalam kelas
Bahwa siswa di era sekarang ini bukan lagi membutuhkan penguasa tetapi membutuhkan pemimpin. Jangan bersikap kuasa dan merasa kuat atau seperti raja karena hal itu akan membuat siswa malah menjadi tertekan dalam belajar.  Mereka belajar di kelas dalam keadaan terpaksa dan ketakutan yang berlebihan. Ketakutan yang berlebihan akan membentuk sifat minder. Dan celakanya ketika kelak ia memiliki keberanian justru akan berlebihan.
Guru bukan raja dalam kelas bagi siswa-siswinya. Berlakulah guru sebagai sahabat yang bisa diajak untuk bicara, berkeluh, berdiskusi, tanpa mengabaikan batasan yang wajar. Jika guru dapat bersikap seperti itu niscaya akan disukai murid-muridnya.
g.      Pandailah bercerita lucu dan melucu
Banyak sekali guru yang bagus dalam mengajar, namun sayangnya  tidak bisa melucu. Mereka mengajar sebagaimana mestinya apa yang harus diajarkannya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai pakem yang harus dipedomani dalam pelaksanaan pembelajaran membuat pembelajaran menjadi kaku. Kurang manis dan kurang bumbu. Jika hal demikian terjadi setiap hari bagamana jadinya suasana siswa?
Kelucuan bukanlah hal yang tabu. Kelucuan guru justru menjadi hal yang ditunggu oleh siwa setiap saat. Banyak siswa mengeluh bosan menerima pelajaran dari seorang guru karena saat mengajar terlalu serius dan menegangkan. Padahal cerita lucu ibarat bumbu dalam sebuah masakan yang disebut pembelajaran.
Banyak fungsi dari sebuah kelucuan  diantaranya membuat pikiran siswa fres kembali. Selain itu juga menghilangkan kesan guru menakutkan. Pikiran yang fres dan hilangnya rasa takut terhadap guru konon akan memudahkan siswa menagkap meteri yang diajarkan. Demikian sebaliknya. Maka sifat humoris memang sangat dibutuhkan oleh siapapun yang berprofesi sebagi guru ataupun pengajar. Banyaklah mengoleksi cerita lucu serta belajarlah melucu sampai tidak lagi terkesan kaku. Improvisasi dalam pembelajaran tidak diharamkan sejauh tidak merusak skenario dan alokasi waktu.
h.      Tampil beda dalam mengajar
Guru modern dalam pembelajaran tidak lagi bersikap klise, konfensional yang memposisikan dirinya sebagai penceramah dan penasehat yang merasa tahu segala-galanya dalam keterbatasannya. Guru modern adalah guru yang mampu melakukan pembelajaran dengan berbagai metode yang menarik dan selalu berganti-ganti. Guru modern adalah guru yang mampu mengemas pembelajaran dengan berbagai model menarik yang membuat siswanya tak merasa bosan dan tak pula merasa dirinya sedang belajar. Barangkali itulah yang disebut-sebut sebagai guru kreatif dan inovatif.
Dengan kreatifitasnya ia selalu mencari dan menemukan cara mengajar yang baik dan menyenangkan bagi siswa-siswanya. Dengan begitu ia akan selalu tampil beda dalam mengajar. Meski sesungguhnya permasalahan yang disajikan adalah biasa dan materi lama namun dengan kemasan yang selalu baru dan beda tentu akan membuat siswa merasa tertarik dan menyukainya. Jika hal demikian dimiliki seorang guru tentu saja siswa akan selalu menanti pembeharuannya itu.
i.        Memahami karakteristik siswa
Mengenali karakteristik siswa merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dengan persoalan lain semacam metode, model pembelajaran, media pembelajaran, dan lainnya. Dengan mengenali karakteristik siswa dirinya akan tepat memberikan formula, kebijakan, dan perlakukan kepada masing-masing siswanya dalam pembelajaran. Dirinya tidak akan bersikap menyamakan semua siswanya  dalam hal kemampuan menyerap apa yang disampaikan. Dengan demikian dirinya akan mampu memperlakukan setiap siswanya dengan perlakuan yang berbeda dan penuh pengertian. Jika hal tersebut mampu dilakukan guru niscaya dirinya akan menjadi sosok yang disenangi siswanya.
j.        Bersikap sebagai orang tua mereka
Banyak orang menyebut bahwa guru adalah orang tua siswa di sekolah. Slogan ini tentu harus dimaknai secara positif bagi seorang guru. Sebutan orang tua adalah orang yang bertanggung jawab penuh terhadap seorang anak dalam segala hal yang didasari dengan kasih sayang.
 Mendapat mandat dari orang tua siswa untuk mendidik dan mengajar sebenarnya pekerjaan yang cukup berat jika hal itu disadari penuh. Karena guru  diperlakukan dan diamanati sebagai orang tua di sekolah maka dirinya hendaknya juga bisa memperlakukan anak-anaknya dengan penuh tanggung jawab dan didasari rasa kasih sayang pula.
Perlakuan guru sebagai orang tua adalah sama seperti memperlakukan anak sendiri dalam arti yang positif. Kelembutan dan kehangatan dalam mendidik harus dilakukan sebagai wujud nyata dalam memperlakukan anak-anak. Perlakuan sama seperti anak sendiri tidak berarti boleh melakukan semena-mena terhadap anak. Ini sangat tidak berlaku bagi guru terhadap siswa-siswinya.  Maka pemaknaanya harus selalu mengarah yang positif. Kasih sayang guru benar-benar harus  terwujud agar siswa merasa nyaman dalam didikan guru yang dianggap sebagi orang tua mereka. Ciptakan perasaan anak yang nyaman di sekolah selaksa di dekat bapak dan ibu mereka sendiri.
k.      Berpenampilan menarik
Tampilan menarik di depan siswa adalah hal yang penting pula saat melakukan pembelajaran. Guru yang tampil rapi dalam hal berhias dan berbusana akan membuat siswa tertarik pula terhadap guru tersebut. Sebaliknya tampilan guru yang kurang rapi dalam berhias dan berbusana akan membuat mereka bosan. Namun demikian perlu adanya batas-batas yang wajar dalam hal berhias dan berbusana. Terutama bagi guru wanita.
 Berhias dan berbusana yang menarik tidak berarti tampil berlebihan dan nyentrik  serta aneh  yang justru akan membuat bahan gunjingan dan tertawaan siswanya.  Oleh karena itu kewajaran haruslah tetap diutamakan dari pada sekadar tampil untuk mencari perhatian.
Tampil menarik bukan saja terkait dengan busana dan berhias, namun lebih dari itu. Tampil menarik juga berlaku dalam hal sikap, perilaku, tindakan, dan lain-lain. Gerak-gerik dan mimik guru dalam pembelajaran juga dapat memberi kesan tersendiri. Barangkali itulah yang dimaksud dengan tampilan menarik dalam arti luas.
Hal-hal di atas adalah sebagian dari berbagai faktor yang dapat membuat guru disukai siswanya. Tentu saja lebih banyak lagi faktor lain yang belum disajikan dalam paparan ini.  Hanya saja beberapa faktor yang telah dipaparkan di atas barangkali merupakan rangkuman dari faktor lain yang tidak  tersebutkan.
Harapannya semoga paparan di atas dapat menjadi refrensi bagi para guru dan calon guru yang ingin menjadi sosok yang disukai, dilekati, diakrabi, dan tetap disegani oleh siwa-siswinya. Dengan memiliki sifat dan perilaku yang demikian itu semogalah kita miliki. Dan kita akan menjadi guru yang senantiasa dirindukan dan dinanti kehadirannya oleh siswa-siswinya setulus hati@




*Dimuat Majalah Sang Guru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar