Salah satu program unggulan di salah
satu stasiun televisi swasta adalah acara Super Deal yang tayang setiap hari
sepanjang pekan. Acara yang dipandu oleh host ternama Uya Kuya itu cukup
fenomenal dan bombastis. Masalahnya berbagai hadiah super besar ditawarkan
kepada kontestan tanpa persyaratan dan perjuangan yang berarti sama sekali.
Betapa tidak, dengan sekali menebak tanpa berpikir saja kemungkinan mendapat
hadiah barang atau uang bernilai jutaan rupiah dapat dipastikan dapat
diraupnya. Setidaknya dua juta rupiah dapat diperoleh bagi mereka yang sudah
mendapat kesempatan menjadi kontestan.
Maka pantas jika setiap saat banyak
peserta mendaftarkan diri untuk ikut dalam acara yang gratis dalam pendaftarannya itu. Mereka
berlomba-lomba untuk mendapatkan kesempatan menjadi kontestan dan membawa
pulang hadiah.
Acara semacam kuis tersebut memang bukanlah yang pertama.
Sudah ratusan acara semacam itu ada sejak media televisi ada di Indonesia.
Rata-rata menyuguhkan berbagai permainan mudah dan ringan yang disuguhkan untuk
pemirsa sebagai hiburan. Namun sepanjang ini meski nilai hiburannya diutamakan,
setiap peserta tetaplah mendapat tantangan untuk berpikir dan berusaha. Jadi
tidak sekadar maju kemudian mendapat hadiah besar. Bahkan permainan kuis itu
tidak jarang membuat penonton di rumah ikut terlibat berpikir serius.
Banyak kuis yang berbobot karena
bersifat edukasi yang ditayangkan oleh berbagai stasiun televisi. Tapi beberapa
kuis memiliki nilai edukasi yang sangat rendah. Meski rating dan animo
masyarakat penonton cukup tinggi, namun kuis tersebut sesungguhnya sangat tak
berkualitas karena tidak memiliki nilai edukatif bagi penontonnya. Sebut saja program
acara Super Deal sebagaimana disinggung.
Super Deal merupakan acara yang super
mudah dan super royal. Disebut super mudah karena anak kecil yang tak bisa
membaca saja pun andai diikutkan tidak menutup kemungkinan bisa mendapatkan
hadiah jutaan rupiah. Karena mereka tidak dituntut untuk bisa membaca, cukup ‘berjudi’
dan berspekulasi untuk sesuatu. Lalu ia bisa saja mendapatkan hadiah yang besar.
Disebut super royal karena acara
tersebut menyediakan berbagai hadiah besar baik uang tunai maupun barang
bernilai jutaan, puluhan juta, bahkan sampai di atas seratus juta rupiah. Yang
semakin menjadikan super royal itu karena tingkat usaha para kontestannya
sangat ringan bahkan bisa dibilang tak ada sama sekali. Coblah perhatikan, cuma dengan memilih box mana atau
tirai mana dirinya dijanjikan mendapat uang yang secara bertahap makin ditambah
nilainya. Motor, mobil, dan hadiah menarik lainnya pun disediakan dengan
cuma-cuma. Dimana tingkat kesulitannya? Mereka cukup berspekulasi, beradu nasib.
Tanpa mempertaruhkan modal apapun mereka memiliki peluang besar mendapatkan
hadiah tersebut.
Jika kita perhatikan alur permainan itu
maka ada beberapa catatan yang kurang positif jika tak mau dibilang negatif.
Hal yang tercatat kurang positif antara lain pertama, kesan perjudian yang kental, ke dua menjanjikan
kemudahan yang membuat orang malas berusaha, ke tiga kesan glamour dan royal
berlebihan, ke empat pemberian reward yang tidak tepat.
Orang mengatakan Super Deal menjadi
acara yang terkesan kental dengan perjudian. Hal itu pantas mengingat para
kontestan yang berkesempatan mengikutinya
seperti orang yang tengah main lotere gratis. Memilih lotre, memilih
gambar, memilih angka, memilih, box, memilih tirai, dan lainnya merupakan
kegiatan sangat ringan tanpa perlu berpikir. Aspek usaha di situ tidak ada sama
sekali. Semua hanya berspekulasi yang memiliki kemungkinan fivety-fivety.
Dengan memejamkan mata, atau bergurau pun mereka memiliki peluang yang sama
dengan mereka yang serius. Jadi dimana tingkat kesulitannya dan dimana nilai
usahanya? Semua menjadi semacam perjudian belaka. Apalagi media yang digunakan
pun kerap menggunakan media judi. Lihat
saja alat semacam dadu, rolet, dan kartu yang nota bene sering dijadikan media
judi selama ini.
Dengan adanya hal yang sangat mudah itu
akhirnya semua orang ingin menjadi kontestan karena mereka tidak perlu menyiapkan diri menjadi kontestan. Cukup dengan
mendaftar dan bisa berangkat ke studio mereka siap menjadi pemenang. Berbeda dengan game lain semacam Berpacu
Dalam Melodi, seorang kontestan setidaknya harus memiliki pengetahuan tentang
musik, lagu, dan hal lain yang berkaitan. Game Kata Berkait perlu memiliki kosa
kata yang baik, game New Famili Seratus,
perlu konsep tertentu yang berkaitan, game Siapa Dia harus pandai mencari dan
menyimpulkan data, bahkan Who
Want To be Millioner, membutuhkan pengetahuan dan wawasan yang sangat
luas seperti halnya cerdas cermat pada anak sekolah dasar. Tapi bekal apa yang
perlu dipersiapkan dalam game Super Deal kecuali modal berhias dan
bersorak-sorak? Itulah yang memberikan kesan mereka dininabobokan dengan hadiah luar biasa dengan tanpa
berpikir sedikitpun.
Kelemahan lain adalah kesan glamour,
royal yang begitu berlebihan. Tengok saja, orang cuma diminta memilih sesuatu yang mudah saja
kemudian dirinya mendapatkan uang dengan jumlah tertentu. Kemudian ia ditawari
lagi untuk memilih yang lain atau diminta menyudahi diri dengan iming-iming
uang hingga jutaan. Apa susahnya kecuali orang yang serakah saja.
Dengan sedikit lomba permainan memindahkan
sesuatu orang diajak untuk mendapatkan sejumlah motor atau pun mobil. Sedangkan
mereka yang kalah sudah dijamin mendapatkan uang minimal dua juta rupiah. Andai
saja ia tak mau berusaha pun sudah pasti tetap mendapatkannya. Inilah yang
teralu royal dalam memberikan reward.
Ini sangat berbeda dengan anak
sekolah yang mengikuti cerdas cermat.
Mereka harus bersaing dari tingkat bawah
dengan berusaha keras belajar, sedangkan penghargaannya hanya piala dan uang penghargaan satu hingga
dua juta saja. Jadi sangat tak berimbang.
Apapun kenyataannya kita dipaksa harus
menerima juga. Sebab orientasi mereka adalah bisnis. Produser acara akan mencari terobosan dalam membuat
acara untuk mencari rating penonton setinggi-tingginya yang berefek positif
bagi stasiun televisi untuk tidak sekadar dapat mengembalikan biaya produksi,
tapi mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya melalui tingginya jumlah sponsor
yang terlibat.
Lagi-lagi kepentingan bisnis adalah
segalanya ketimbang kepentingan dan kemanfaatan edukasi bagi penonton. Mereka
akan mengabaikan kepentingan pendidikan penonton dengan alasan demi
kelangsungan hidup perusahaan televisi itu sendiri. Jika hal demikian menjadi
alasannya lalu apa yang harus dilakukan para penonton?
Dibutuhkan penonton yang cerdas untuk
menyeleksi setiap tayangan acara di berbagai stasiun televisi. Tidak semua
tontonan acara di televisi bernilai edukasi. Bukan berarti menyebut semua acara
televisi tidak baik, namun kenyataannya banyak stasiun televisi menyuguhkan
acara murahan yang tidak bernilai edukatif sama sekali.
Dibutuhkan pula team kreatif untuk
membuat acara-acara yang menarik sekaligus mendidik agar media televisi tetap
memiliki fungsi sebagai hiburan dan pendidikan bagi para penontonnya@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar