Rabu, 26 Oktober 2016

SUPER DEAL, SUPER MUDAH, SUPER ROYAL


Salah satu program unggulan di salah satu stasiun televisi swasta adalah acara Super Deal yang tayang setiap hari sepanjang pekan. Acara yang dipandu oleh host ternama Uya Kuya itu cukup fenomenal dan bombastis. Masalahnya berbagai hadiah super besar ditawarkan kepada kontestan tanpa persyaratan dan perjuangan yang berarti sama sekali. Betapa tidak, dengan sekali menebak tanpa berpikir saja kemungkinan mendapat hadiah barang atau uang bernilai jutaan rupiah dapat dipastikan dapat diraupnya. Setidaknya dua juta rupiah dapat diperoleh bagi mereka yang sudah mendapat kesempatan menjadi kontestan.
Maka pantas jika setiap saat banyak peserta mendaftarkan diri untuk ikut dalam acara yang  gratis dalam pendaftarannya itu. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan kesempatan menjadi kontestan dan membawa pulang hadiah.
Acara semacam  kuis tersebut memang bukanlah yang pertama. Sudah ratusan acara semacam itu ada sejak media televisi ada di Indonesia. Rata-rata menyuguhkan berbagai permainan mudah dan ringan yang disuguhkan untuk pemirsa sebagai hiburan. Namun sepanjang ini meski nilai hiburannya diutamakan, setiap peserta tetaplah mendapat tantangan untuk berpikir dan berusaha. Jadi tidak sekadar maju kemudian mendapat hadiah besar. Bahkan permainan kuis itu tidak jarang membuat penonton di rumah ikut terlibat berpikir serius.
Banyak kuis yang berbobot karena bersifat edukasi yang ditayangkan oleh berbagai stasiun televisi. Tapi beberapa kuis memiliki nilai edukasi yang sangat rendah. Meski rating dan animo masyarakat penonton cukup tinggi, namun kuis tersebut sesungguhnya sangat tak berkualitas karena tidak memiliki nilai edukatif bagi penontonnya. Sebut saja program acara Super Deal sebagaimana disinggung.
Super Deal merupakan acara yang super mudah dan super royal. Disebut super mudah karena anak kecil yang tak bisa membaca saja pun andai diikutkan tidak menutup kemungkinan bisa mendapatkan hadiah jutaan rupiah. Karena mereka tidak dituntut untuk bisa membaca, cukup ‘berjudi’ dan berspekulasi untuk sesuatu. Lalu ia bisa saja  mendapatkan hadiah yang besar.
Disebut super royal karena acara tersebut menyediakan berbagai hadiah besar baik uang tunai maupun barang bernilai jutaan, puluhan juta, bahkan sampai di atas seratus juta rupiah. Yang semakin menjadikan super royal itu karena tingkat usaha para kontestannya sangat ringan bahkan bisa dibilang tak ada sama sekali. Coblah  perhatikan, cuma dengan memilih box mana atau tirai mana dirinya dijanjikan mendapat uang yang secara bertahap makin ditambah nilainya. Motor, mobil, dan hadiah menarik lainnya pun disediakan dengan cuma-cuma. Dimana tingkat kesulitannya? Mereka cukup berspekulasi, beradu nasib. Tanpa mempertaruhkan modal apapun mereka memiliki peluang besar mendapatkan hadiah tersebut.  
Jika kita perhatikan alur permainan itu maka ada beberapa catatan yang kurang positif jika tak mau dibilang negatif. Hal yang tercatat kurang positif antara lain pertama, kesan  perjudian yang kental, ke dua menjanjikan kemudahan yang membuat orang malas berusaha, ke tiga kesan glamour dan royal berlebihan, ke empat pemberian reward yang tidak tepat.
Orang mengatakan Super Deal menjadi acara yang terkesan kental dengan perjudian. Hal itu pantas mengingat para kontestan yang berkesempatan mengikutinya  seperti orang yang tengah main lotere gratis. Memilih lotre, memilih gambar, memilih angka, memilih, box, memilih tirai, dan lainnya merupakan kegiatan sangat ringan tanpa perlu berpikir. Aspek usaha di situ tidak ada sama sekali. Semua hanya berspekulasi yang memiliki kemungkinan fivety-fivety. Dengan memejamkan mata, atau bergurau pun mereka memiliki peluang yang sama dengan mereka yang serius. Jadi dimana tingkat kesulitannya dan dimana nilai usahanya? Semua menjadi semacam perjudian belaka. Apalagi media yang digunakan pun kerap  menggunakan media judi. Lihat saja alat semacam dadu, rolet, dan kartu yang nota bene sering dijadikan media judi selama ini.
Dengan adanya hal yang sangat mudah itu akhirnya semua orang ingin menjadi kontestan karena mereka tidak perlu menyiapkan  diri menjadi kontestan. Cukup dengan mendaftar dan bisa berangkat ke studio mereka siap menjadi pemenang.  Berbeda dengan game lain semacam Berpacu Dalam Melodi, seorang kontestan setidaknya harus memiliki pengetahuan tentang musik, lagu, dan hal lain yang berkaitan. Game Kata Berkait perlu memiliki kosa kata yang baik, game  New Famili Seratus, perlu konsep tertentu yang berkaitan, game Siapa Dia harus pandai mencari dan menyimpulkan data, bahkan  Who Want To be Millioner, membutuhkan pengetahuan dan wawasan yang sangat luas seperti halnya cerdas cermat pada anak sekolah dasar. Tapi bekal apa yang perlu dipersiapkan dalam game Super Deal kecuali modal berhias dan bersorak-sorak? Itulah yang memberikan kesan mereka dininabobokan  dengan hadiah luar biasa dengan tanpa berpikir sedikitpun.
Kelemahan lain adalah kesan glamour, royal yang begitu berlebihan. Tengok saja, orang  cuma diminta memilih sesuatu yang mudah saja kemudian dirinya mendapatkan uang dengan jumlah tertentu. Kemudian ia ditawari lagi untuk memilih yang lain atau diminta menyudahi diri dengan iming-iming uang hingga jutaan. Apa susahnya kecuali orang yang serakah saja.
 Dengan sedikit lomba permainan memindahkan sesuatu orang diajak untuk mendapatkan sejumlah motor atau pun mobil. Sedangkan mereka yang kalah sudah dijamin mendapatkan uang minimal dua juta rupiah. Andai saja ia tak mau berusaha pun sudah pasti tetap mendapatkannya. Inilah yang teralu royal dalam memberikan reward.  Ini sangat berbeda dengan  anak sekolah  yang mengikuti cerdas cermat. Mereka  harus bersaing dari tingkat bawah dengan berusaha keras belajar, sedangkan penghargaannya  hanya piala dan uang penghargaan satu hingga dua juta saja. Jadi sangat tak berimbang.
Apapun kenyataannya kita dipaksa harus menerima juga. Sebab orientasi mereka adalah bisnis. Produser  acara akan mencari terobosan dalam membuat acara untuk mencari rating penonton setinggi-tingginya yang berefek positif bagi stasiun televisi untuk tidak sekadar dapat mengembalikan biaya produksi, tapi mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya melalui tingginya jumlah sponsor yang terlibat.
Lagi-lagi kepentingan bisnis adalah segalanya ketimbang kepentingan dan kemanfaatan edukasi bagi penonton. Mereka akan mengabaikan kepentingan pendidikan penonton dengan alasan demi kelangsungan hidup perusahaan televisi itu sendiri. Jika hal demikian menjadi alasannya lalu apa yang harus dilakukan para penonton?
Dibutuhkan penonton yang cerdas untuk menyeleksi setiap tayangan acara di berbagai stasiun televisi. Tidak semua tontonan acara di televisi bernilai edukasi. Bukan berarti menyebut semua acara televisi tidak baik, namun kenyataannya banyak stasiun televisi menyuguhkan acara murahan yang tidak bernilai edukatif sama sekali.
Dibutuhkan pula team kreatif untuk membuat acara-acara yang menarik sekaligus mendidik agar media televisi tetap memiliki fungsi sebagai hiburan dan pendidikan bagi para penontonnya@


Tidak ada komentar:

Posting Komentar