Dalam Permenneg no 16 th 2009 yang resmi akan
diberlakukan mulai 1 Januari 2013
tersebut, disebutkan jumlah AK guru terkumpul
dari unsur utama ( Pendidikan, PKG, dan
PKB ) minimal 90 %. Artinya PKB yang terdiri dari tiga jenis, yakni Pengembangan
Diri,Publikasi Ilmiah, dan Karya
Inovatif menjadi wajib adanya dalam
penilaian disamping PKG.
Berkaitan
dengan publikasi ilmiah,guru dituntut untuk memiliki keterampilan
menulis baik dalam bentuk laporan
hasil penelitian,buku,jurnal,modul atau diktat maupun sejenisnya
yang memenuhi kriteria ilmiah
sebagai bentuk kontribusi terhadap pengembangan dunia pendidikan.
Dalam
kegiatan KKG Bemutu,guru mendapat pelatihan menulis,baik itu menulis laporan
PTK maupun KTI yang lain. Hal itu bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan
menulis bagi guru dalam menyongsong Permenneg no 16 tersebut.
Hanya
saja apa yang dilakukan dalam KKG hasilnya
masih mengecewakan. Bentuk tagihan
dari kegiatan tersebut umumnya sangat rendah. Sebagian guru tidak dapat
memenuhi tagihan tersebut. Sebagian yang memenuhi tagihan ternyata belum memenuhi standar penulisan
KTI yang benar bahkan dapat disebut
asal-asalan serta bukan karya sendiri.
Hal
itu mengindikasikan kurang berhasilnya pembelajaran menulis dalam KKG. Satu hal
yang masih harus dimaklumi karena kegiatan menulis merupakan kegiatan yang baru
bagi guru meskipun mereka tergolong dalam kelompok intelektual. Menulis merupakan
kebiasaan yang sangat jarang dilakukan guru. Bahkan dapat dikatakan tidak pernah dilakukan kecuali guru-guru tertentu yang
jumlahnya relatif sedikit.
Mungkin kita sepakat jika guru digolongkan menjadi
kelompok intelek mengingat latar belakang pendidikan dan profesi
mereka yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Mereka memilki latar
pendidikan yang cukup tinggi,mampu membaca , menulis, dan berbicara di
depan audiens. Hanya sayangnya keahlian berbicara mereka tidak dibarengi
dengan keahlian menulis.
Ketika
guru diminta untuk menulis sesuatu,
umumnya mereka akan merasa bingung dan takut. Bingung apa yang hendak di tulis,bagaimana cara menulisnya,dari mana memulainya dan takut jika tulisannya salah atau jelek dibaca orang lain.
Banyak
hal yang menyebabkan guru merasa
tidak bisa menulis dan tidak percaya diri ketika mereka diminta untuk menulis. Ketidakpahaman terhadap kaidah menulis menjadi faktor utama. Sistematika, ejaan ,
kaidah bahasa dan semua yang berkaitan dengan urusan tekhnis penulisan menjadi
permasalahan sendiri. Akhirnya apayang
akan ditulis menjadi terhanti semuanya.
Ada
hal lain yang menjadikan guru merasa tidak mampu menulis. Rasa tidak percaya
diri seseorang terhadap karyanya membuat
kendala untuk memulai. Ada banyak orang
yang merasa malu ketika karyanya
dibaca orang lain. Padahal belum
tentu karya tersebut jelek.
Akhirnya gagasan yang baik pun tidak
akan sampai ke publik, karena tidak tertuliskannya.
Disamping
itu tidak adanya motivasi dari orang lain
membuat guru tidak mau mencoba menulis. Selama orang lain diam maka diapun diam tak memulai menulis.
Faktor
lain yang membuat mereka tidak mau menulis
adalah tidak adanya tuntutan
selama ini agar guru mau menulis. Sehingga kalaupun mereka tidak menulis tidak ada
aturan yang dapat menjerat ataupun tidakada
sanksi kepadanya yang sesuai. Hanya saja
dengan hadirnya Permenneg no 16 th 2009 tersebut mungkin akan
mengubah kondisi semacam itu.
Bagi
guru-guru yang tidak bisa menulis, hadirnya peraturan tersebut cukup membuat
mereka sedikit terjaga. Halitu wajar mengingat sanksi yang dapat dikenakan kepada mereka yang tidak mau menulis secara tidak langsung akan menghambat janjang
karirnya. Maka perlu adanya bantuan
kepada mereka dalam bentuk
bimbingan menulis. Jika bantuan itu dapat dikatakan strategi maka bolehlah
hal-hal berikut ini mungkin dapat
dijadikan renungan untuk diterapkan
kepada mereka yang benar-benar
belum bisa menulis.
Ada
beberapa hal yang perlu dihindarai dan
dilakukan antara lain;pertama tidak memaksa mereka untuk menulis sesuatu dengan tema yang ditentukan,tetapi biarkanlah mereka menulis tema apa saja yang ada dalam pikirannya. Pembatasan tema memang dapat
membatasi permasalahan, tetapi
bagi penulis pemula justru akan membuat
mereka merasa sulit bergerak.
Sama
seperti anak-anakketika disuruh menggambar. Jika tema gambar ditentukan maka dapat dipastikan mereka akan mengeluh
kemudian menawar-nawar. Sebaliknya ketika
mereka ditugasi menggambar bebas maka
bersoraklah mereka dengan girangnya.
Begitu pula orang menulis.
Hal keduaadalahtidak memaksamerekamenulisdenganpanjangtulisanyang ditentukan,tetapibiarlahmerekamenulissemampunya.Jikamerekamampumenulisduahalamanbiarkanlah.Ada
yangbarumampumenulissetengahhalamantetaplahdihargai. Bahkanmungkinada
yang hanyabisamenulissatuparagarafatausatukalimatpun tetaplahdiapresiasi. Kata orang
untukmenulissepuluhhalamanbahkansatubukupun pastiberawaldarisatu kata.
Hal ketigajangan dulu mereka ditakut-takuti dengan masalah kaidah menulis. Persoalankaidahdapat dipelajari serayaberproses.Janganditakutidenganmasalah-masalahtekhnissemacamkaidah-kaidah menulis,ejaan,dan lain-lain ,tapibangunlahdahulukeberanianmerekauntukmencoretkanpena di ataskertas.Banyak orang
mengurungkan niatnya untuk menulis jika sudah berhadapan dengan sederetan
kaidah. Tema, sistematika, ejaan ,dan
sebagainya dapat menghambat keberanian.
Hal
ke empat tidak membebani mereka untuk menulis masalah-masalah yang terlalu
berat,tetapi awalilah dengan masalah- masalah yang kecil dan
ringan.Tulisan-tulisan ilmiah (KTI),laporan,makalah,dan sejenisnya merupakan
tulisan-tulisan resmi yang memerlukan kaidah penulisan dengan benar. Bagi para
penulis pemula ,mendengar istilah-istilah itu saja sudah memusingkan kepala.
Betapa menakutkannya bagi seorang guru
yang nota bene tidak pernah menulis tiba –tiba diwajibkan
membuat Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau karya ilmiah
lain.Jangankan menulis laporan ilmiah,sedangkan menulis yang ringan-ringan saja
mereka masih bingung.Hal ini akan membuat frustasi seorang penulis pemula yang
akhirnya diam dalam kebuntuan.
Untuk
menghindari hal semacam itu perlu kiranya ada kegiatan pembimbingan menulis yang
nyata. Mengajak mereka menulis masalah yang ringan-ringan dahulu tentu
lebih bijak. Untuk membiasakan mereka menulis,biarkan mereka menulis hal-hal
yang sepele dahulu,misal mendiskripsikan benda-benda yang mereka
lihat,menceritakan diri sendiri, atau hal lain yang mungkin dapat mereka
lakukan. Bahkan unek-unek pun dapat mereka tuliskan biarpun hanya dalam satu alinia pendek.
Hal
lain adalah tidak memberi mereka segudang teori,tetapi berilah mereka sedikit
waktu untuk bertindak (action). Percuma saja mereka memiliki segudang teori
tanpa pernah berkesempatan mempraktekkannya. Jadi akan lebih bermakna jika mereka dibimbing
menuliskan kata per kata,kalimat perkalimat,paragraf per paragraf, hingga bab-
per bab dari pada mereka mendengarkan teori tentang betapa mudahnya menulis.
Dengan bimbingan seperti itu mereka akan langsung menghasilkan sebuah karya
nyata dengan bantuk dan gayanya masing- masing meskipun belum sempurna.
Jika
hal-hal di atas dapat dilaksanakan oleh para pembimbing, rasanya apa yang
menjadi kendala selama ini akan dapat teratasi. Perasaan takut akan berubah
menjadi berani, rasa malu akan berubah menjadi percaya diri, dan bertumbuhlah
keberanian mereka untuk mencoba menulis hingga bertaburanlah tulisan-tulisan dalam
bentuk yang sangat beragam. Keberanian adalah modal awal yang akan menghasilkan
sesuatu yang sangat berarti. Jika mereka
sudah berani mencoba,berilah terus mereka motivasi,dan barulah pembimbing
mengarahkan ke karya- karya tulisan
sesuai yang dikehendaki.
Jika
guru sudah terbiasa melakukan kegiatan
tersebut, maka budaya menulis pun diyakini dapat tumbuh subur di kalangan
mereka. Menulis bukan lagi menjadi
masalah yang menakutkan tetapi justru menjadi dunia yang menyenangkan.
Orang
bijak mengatakan hal tersulit dalam menulis adalah memulai. Maka bagaimana
strategi menumbuhkan keberanian untuk memulai itulah yang harus digarap. Jika
orang tidak mau menulis maka apa yang
ada di dalam pikirannya tidak akan tersampaikan kepada orang lain
terutama bagi generasi yang akan terbatasi oleh masa yang begitu lama.Apalah
artinya gagasan besar hanya dalam angan, akan lebih bermakna yang kecil tetapi terwujudkan. Perwujudannya
tentu dalam bentuk tulisan yang dapat terabadikan sepanjang zaman. Walau hanya sepotong kata tentu suatu saat akan
bermakna lebih dalam. Maka awalilah dengan menggoreskan pena meski anda
hanya bisa mewujudkan sepenggal kata@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar