Jumat, 21 Oktober 2016

STRATEGI KECIL WUJUDKAN GURU MENULIS



 Perihal keterampilan menulis  bagi guru ke depan tampaknya  tidak dapat ditawar-tawar lagi. Pasalnya  salah satu syarat  kenaikan pangkat  seorang guru berdasar Permenneg no 16 tahun 2009 yang termasuk unsur utama adalah PKB . Salah satu unsur PKB itu adalah Publikasi  Ilmiah.  Artinya  guru harus mampu menghasilkan tulisan.
Dalam  Permenneg no 16 th 2009 yang resmi akan diberlakukan  mulai 1 Januari 2013 tersebut, disebutkan  jumlah AK guru terkumpul dari unsur utama ( Pendidikan, PKG, dan  PKB ) minimal 90 %. Artinya  PKB  yang terdiri dari tiga jenis, yakni Pengembangan Diri,Publikasi Ilmiah, dan  Karya Inovatif menjadi wajib adanya dalam  penilaian disamping PKG.
Berkaitan dengan publikasi ilmiah,guru dituntut untuk memiliki  keterampilan  menulis baik dalam bentuk laporan  hasil penelitian,buku,jurnal,modul atau diktat maupun sejenisnya yang  memenuhi kriteria  ilmiah  sebagai bentuk kontribusi terhadap pengembangan dunia pendidikan.
Dalam  kegiatan KKG Bemutu,guru mendapat  pelatihan menulis,baik itu menulis laporan PTK maupun KTI yang lain. Hal itu bertujuan  untuk meningkatkan  kemampuan menulis  bagi guru dalam menyongsong  Permenneg no 16 tersebut.
Hanya saja  apa yang dilakukan dalam KKG  hasilnya  masih mengecewakan. Bentuk tagihan  dari kegiatan tersebut umumnya sangat rendah. Sebagian guru tidak dapat memenuhi tagihan tersebut. Sebagian yang memenuhi tagihan  ternyata belum memenuhi standar penulisan KTI  yang benar bahkan dapat disebut asal-asalan serta  bukan karya sendiri.
Hal itu mengindikasikan kurang berhasilnya pembelajaran menulis dalam KKG. Satu hal yang masih harus dimaklumi karena kegiatan menulis merupakan kegiatan yang baru bagi guru meskipun mereka tergolong dalam kelompok intelektual. Menulis  merupakan  kebiasaan yang sangat jarang dilakukan guru. Bahkan  dapat dikatakan  tidak pernah dilakukan  kecuali guru-guru tertentu yang jumlahnya  relatif  sedikit.
Mungkin  kita sepakat jika guru digolongkan menjadi kelompok intelek  mengingat  latar belakang pendidikan dan profesi mereka  yang berkaitan  dengan dunia pendidikan. Mereka memilki latar pendidikan yang cukup tinggi,mampu membaca , menulis, dan berbicara di depan  audiens. Hanya sayangnya  keahlian berbicara mereka tidak dibarengi dengan keahlian  menulis.
Ketika guru  diminta untuk menulis sesuatu, umumnya mereka akan merasa bingung dan takut. Bingung  apa yang hendak di tulis,bagaimana  cara menulisnya,dari mana memulainya  dan takut jika tulisannya  salah atau jelek dibaca orang lain.
Banyak hal yang menyebabkan guru  merasa tidak  bisa menulis  dan tidak percaya diri ketika  mereka diminta  untuk menulis. Ketidakpahaman terhadap  kaidah menulis  menjadi faktor utama. Sistematika, ejaan , kaidah bahasa dan semua yang berkaitan dengan urusan tekhnis penulisan menjadi permasalahan sendiri. Akhirnya  apayang akan ditulis  menjadi terhanti semuanya.
Ada hal lain yang menjadikan guru merasa tidak mampu menulis. Rasa tidak percaya diri seseorang terhadap karyanya  membuat kendala untuk memulai. Ada banyak orang  yang merasa malu ketika  karyanya dibaca orang lain. Padahal  belum tentu  karya tersebut jelek. Akhirnya  gagasan yang baik pun tidak akan sampai ke publik, karena tidak tertuliskannya.
Disamping itu tidak adanya motivasi dari orang lain  membuat guru tidak mau mencoba menulis. Selama  orang lain diam  maka diapun diam tak memulai menulis.
Faktor lain yang membuat mereka tidak mau menulis  adalah tidak adanya   tuntutan  selama ini agar guru mau menulis. Sehingga  kalaupun mereka tidak menulis tidak ada aturan  yang dapat  menjerat ataupun  tidakada  sanksi kepadanya yang sesuai. Hanya saja  dengan hadirnya Permenneg no 16 th 2009 tersebut  mungkin akan  mengubah kondisi semacam itu.
Bagi guru-guru yang tidak bisa menulis, hadirnya peraturan tersebut cukup membuat mereka sedikit terjaga. Halitu wajar mengingat sanksi  yang dapat dikenakan kepada mereka  yang tidak mau menulis  secara tidak langsung akan menghambat janjang karirnya. Maka perlu adanya bantuan  kepada mereka  dalam bentuk bimbingan menulis. Jika bantuan itu dapat dikatakan strategi maka bolehlah hal-hal berikut ini  mungkin dapat dijadikan renungan  untuk  diterapkan  kepada mereka  yang benar-benar belum bisa menulis.
Ada beberapa hal yang perlu dihindarai dan  dilakukan antara lain;pertama  tidak memaksa mereka untuk  menulis sesuatu dengan tema  yang ditentukan,tetapi  biarkanlah mereka menulis  tema apa saja yang ada dalam pikirannya.  Pembatasan tema  memang dapat  membatasi permasalahan,  tetapi bagi penulis pemula justru  akan membuat mereka merasa sulit bergerak.
Sama seperti anak-anakketika disuruh menggambar. Jika tema gambar ditentukan  maka dapat dipastikan mereka akan mengeluh kemudian  menawar-nawar. Sebaliknya ketika mereka  ditugasi menggambar bebas maka bersoraklah mereka  dengan girangnya. Begitu pula orang menulis.
Hal keduaadalahtidak memaksamerekamenulisdenganpanjangtulisanyang ditentukan,tetapibiarlahmerekamenulissemampunya.Jikamerekamampumenulisduahalamanbiarkanlah.Ada  yangbarumampumenulissetengahhalamantetaplahdihargai. Bahkanmungkinada yang hanyabisamenulissatuparagarafatausatukalimatpun tetaplahdiapresiasi. Kata orang  untukmenulissepuluhhalamanbahkansatubukupun  pastiberawaldarisatu kata.
Hal ketigajangan dulu mereka ditakut-takuti  dengan masalah kaidah menulis. Persoalankaidahdapat dipelajari serayaberproses.Janganditakutidenganmasalah-masalahtekhnissemacamkaidah-kaidah menulis,ejaan,dan lain-lain ,tapibangunlahdahulukeberanianmerekauntukmencoretkanpena di ataskertas.Banyak orang mengurungkan   niatnya untuk menulis  jika sudah berhadapan dengan sederetan kaidah. Tema,  sistematika, ejaan ,dan sebagainya dapat menghambat keberanian.
Hal ke empat tidak membebani mereka untuk menulis masalah-masalah yang terlalu berat,tetapi awalilah dengan masalah- masalah yang kecil dan ringan.Tulisan-tulisan ilmiah (KTI),laporan,makalah,dan sejenisnya merupakan tulisan-tulisan resmi yang memerlukan kaidah penulisan dengan benar. Bagi para penulis pemula ,mendengar istilah-istilah itu saja sudah memusingkan kepala. Betapa menakutkannya  bagi seorang guru yang  nota bene  tidak pernah menulis tiba –tiba diwajibkan membuat Laporan  Penelitian  Tindakan Kelas (PTK) atau karya ilmiah lain.Jangankan menulis laporan ilmiah,sedangkan menulis yang ringan-ringan saja mereka masih bingung.Hal ini akan membuat frustasi seorang penulis pemula yang akhirnya diam dalam kebuntuan.
Untuk menghindari hal semacam itu perlu kiranya ada kegiatan pembimbingan  menulis yang  nyata. Mengajak mereka menulis masalah yang ringan-ringan dahulu tentu lebih bijak. Untuk membiasakan mereka menulis,biarkan mereka menulis hal-hal yang sepele dahulu,misal mendiskripsikan benda-benda yang mereka lihat,menceritakan diri sendiri, atau hal lain yang mungkin dapat mereka lakukan. Bahkan unek-unek pun dapat mereka tuliskan biarpun  hanya dalam satu alinia pendek.
Hal lain adalah tidak memberi mereka segudang teori,tetapi berilah mereka sedikit waktu untuk bertindak (action). Percuma saja mereka memiliki segudang teori tanpa pernah berkesempatan mempraktekkannya. Jadi  akan lebih bermakna jika mereka dibimbing menuliskan kata per kata,kalimat perkalimat,paragraf per paragraf, hingga bab- per bab dari pada mereka mendengarkan teori tentang betapa mudahnya menulis. Dengan bimbingan seperti itu mereka akan langsung menghasilkan sebuah karya nyata dengan bantuk dan gayanya masing- masing meskipun belum sempurna.
Jika hal-hal di atas dapat dilaksanakan oleh para pembimbing, rasanya apa yang menjadi kendala selama ini akan dapat teratasi. Perasaan takut akan berubah menjadi berani, rasa malu akan berubah menjadi percaya diri, dan bertumbuhlah keberanian mereka untuk mencoba  menulis  hingga bertaburanlah tulisan-tulisan dalam bentuk yang sangat beragam. Keberanian adalah modal awal yang akan menghasilkan sesuatu yang sangat berarti. Jika  mereka sudah berani mencoba,berilah terus mereka motivasi,dan barulah pembimbing mengarahkan ke  karya- karya tulisan sesuai yang dikehendaki.
Jika guru  sudah terbiasa melakukan kegiatan tersebut, maka budaya menulis pun diyakini dapat tumbuh subur di kalangan mereka.  Menulis bukan lagi menjadi masalah yang menakutkan tetapi justru menjadi dunia yang menyenangkan.
Orang bijak mengatakan hal tersulit dalam menulis adalah memulai. Maka bagaimana strategi menumbuhkan keberanian untuk memulai itulah yang harus digarap. Jika orang tidak mau menulis  maka apa yang ada di dalam  pikirannya   tidak akan tersampaikan kepada orang lain terutama bagi generasi yang akan terbatasi oleh masa yang begitu lama.Apalah artinya gagasan besar hanya dalam angan, akan lebih bermakna  yang kecil tetapi terwujudkan. Perwujudannya tentu dalam bentuk tulisan yang dapat terabadikan sepanjang zaman. Walau  hanya sepotong kata tentu suatu saat akan bermakna lebih dalam.  Maka  awalilah dengan menggoreskan pena meski anda hanya bisa mewujudkan sepenggal kata@


Tidak ada komentar:

Posting Komentar